Suaradesa.co, Bojonegoro – Mitroatin, Wakil Ketua DPRD Bojonegoro dari Fraksi Golongan Karya (Golkar), menggelar acara doa bersama dalam rangka memperingati 1 Muharam di makam pejuang agama Islam Mbah KY. Ahmad Sunni di desa Ngrancang, Kecamatan Tambakrejo pada Rabu (19/7/2023)
Acara tersebut dihadiri Pemerintah Desa, warga setempat dan tokoh agama sebagai bentuk penghormatan terhadap Mbah Mad Sunni, seorang ulama terkemuka yang berperan dalam sejarah perkembangan Islam di wilayah Tawang Payaman, Ngraho Bojonegoro.
Modin Desa Ngrancang, Purnomo, dalam kesempatan tersebut menyampaikan beberapa fakta sejarah mengenai Mbah Mad Sunni. Beliau merupakan tokoh penting sebagai figur pertama dalam mendirikan Pondok Pesantren Abu Syukur Tawang, yang hingga kini telah menjadi pusat pendidikan agama dan penyebaran ajaran Islam di wilayah tersebut.
Mbah Ahmad Sunni lahir pada periode 1786 – 1886 M, dan berasal dari keluarga Keraton Solo (Kasunanan Surakarta Hadiningrat). Namun, perjalanan hidupnya terbentuk akibat peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, yaitu Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.
“Perjanjian ini menyebabkan pecahnya Kesultanan Mataram Islam menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta. Dampak dari perjanjian tersebut berupa dominasi penjajahan Belanda dan atmosfer perang saudara, yang membuat Mbah Ahmad Sunni memilih mengembara untuk menghindari dampak negatifnya,”paparnya.
Mbah Ahmad Sunni melakukan tirakat Lelono Broto, sebuah perjalanan dari Kasunanan Surakarta menuju arah utara melalui jalur sungai. Setelah berkeliling beberapa tempat, beliau memilih untuk berhenti dan bermukim di pinggir sungai Tawang Payaman, tepat berbatasan dengan sisi selatan Padangan.
Pada tahun 1816 M, ketika usianya baru sekitar 30 tahun, Mbah Ahmad Sunni menetap di bantaran sungai Tawang Payaman. Di tempat itu, beliau menanam sejumlah pohon dan membangun sebuah musala kecil. Musala yang didirikan oleh beliau pada tahun 1816 M menjadi cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Abu Syukur. Pohon-pohon yang beliau tanam juga bertindak sebagai pondasi awal dari berdirinya pesantren tersebut.
Mbah Ahmad Sunni tidak hanya mengajarkan agama Islam di wilayah Tawang Payaman, tetapi juga membangun keluarga. Beliau dikaruniai dua putra, yaitu Abu Abdullah dan Abu Syukur, yang lahir di tempat beliau berdakwah, Tawang Payaman.
Ulama panjang umur ini diperkirakan wafat pada tahun 1880 M ketika usianya mencapai sekitar 100 tahun. Setelah kepulangannya, perjuangan dakwah di Tawang Payaman dilanjutkan oleh putranya, KH Abu Syukur, yang meneruskan warisan intelektual dan spiritual dari Mbah Ahmad Sunni.
Acara doa bersama yang diadakan oleh Wakil Ketua DPRD Bojonegoro ini menjadi bentuk apresiasi dan penghormatan atas jasa-jasa Mbah Ahmad Sunni dalam menyebarkan agama Islam dan mendirikan Pondok Pesantren Abu Syukur Tawang, yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan agama dan pendidikan di wilayah tersebut.
“Semoga warisan kebaikan dan ilmu yang ditinggalkan oleh Mbah Mad Sunni terus menginspirasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya,”pungkasnya.(Ririn Wedia)