Sidoarjo – Berpakaian putih dan berhijab pink, dengan renyah menceritakan pengalaman pribadinya membuat perpustakaan Bait Kata di rumahnya.
Ia tak lain adalah Iffa Suraiya. Berawal banyaknya buku yang dimilikinya sejak kecil dan hobinya membaca buku terciptalah perpustakaan yang menggunakan rumah pribadinya di Perumahan Larangan Mega Asri, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Lika liku kehidupan Iffa bersama perpustakaan Bait Kata tidak bisa dianggap hal remeh. Banyak hal yang dilalui wanita 54 tahun tersebut selama mengelola perpustakaan ini.
“Salah satunya terkait biaya, saya tidak pernah memungut sepeserpun bagi yang membaca buku,”imbuhnya di Fave Hotel sebagai salah satu narasumber Uji Kompetensi Wartawan, Sabtu (15/10/2022).
Bahkan, berkembangnya buku-buku di perpustakaan miliknya itu karena menurut Iffa, buku menjadi salah satu hal yang menjaga kewarasannya saat terjadi permasalahan dalam rumah tangga.
“Saat rumah tangga saya dalam kondisi yang buruk, hanya buku yang menjaga saya tetap waras. Banyak buku dari teman yang saya baca kala itu,”tukas mantan wartawan ini.
Tidak hanya membuat perpustakaan di dalam rumah, mantan dosen ini juga mengembangkan perpustakaan berbasis rumah milik warga di Kabupaten Sidoarjo.
“Namun, karena banyak kendala salah satunya kekurangan dukungan dari lingkungan sekitar hanya dua desa yang mampu bertahan mengembangkan perpustakaan yang saya sebut juga Perpustakaan Bait Kata,”tukasnya.
Berjalannya waktu, dua desa yang mampu mengembangkan perpustakaan Bait Kata akhirnya menjadi Kampung Literasi. Meski tidak ada dukungan secara materi dari pihak luar, namun Iffa terus optimis mempertahankan kampung literasi tersebut.
“Saya buat rintisan teras baca untuk anak kala itu, dan ternyata antusias mereka sangat luar biasa,”imbuhnya.
Kampung literasi tersebut ada di Desa Tapak kali Bendel dan Desa Tebel. Banyak buku-buku yang telah disumbang untuk mereka, kebanyakan adalah buku anak-anak.
“Tidak hanya buku, kami juga kasih karpet dan sarana yang lain,”tandasnya.
Dengan dukungan masyarakat dan pegiat literasi, akhirnya perpustkaan Bait Kata sekarang konsen jadi perpustakaan anak.
“Selama ini, saya mendapat dukungan dari suami dan anak-anak. Tentu saja oleh sahabat-sahabat saya tercinta,”tandasnya.
Meski kembang-kempis dalam mengelola perpustakaan Bait Kata ini, Iffa yakin, masyarakat tidak hanya mengerti arti membaca buku saja, tapi juga bisa merasakan manfaatnya.
Hampir 13 tahun lamanya, Iffa mengelola rumah perpustakaan Bait Kata. Aral melintang setelah sekian lama, menjadikannya wanita inspiratif hingga menerima penghargaan dari Perpustakaan Nasional RI. (rin)







