Suaradesa.co, Bojonegoro — Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggelar prosesi sakral Ruwatan Murwakala di kawasan wisata Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam rangkaian Festival Geopark Bojonegoro 2025, yang menggabungkan pelestarian budaya lokal dengan penguatan potensi geowisata sebagai langkah menuju pengakuan UNESCO Global Geopark.
Prosesi ruwatan yang digelar secara gratis dan terbuka untuk umum ini diikuti oleh 170 peserta, termasuk 100 orang sukerta. Acara berlangsung khidmat dan meriah dengan pagelaran wayang kulit oleh dalang kondang Kyai Ngaesan Hadi Purwocarito.
Tradisi ini dimaknai sebagai bentuk pelayanan sosial dan spiritual yang juga berkontribusi dalam membangun karakter serta jati diri masyarakat Bojonegoro.
Turut hadir dalam acara ini Bupati Bojonegoro Setyo Wahono beserta istri Cantika Wahono, Wakil Bupati Budi Jatmiko, serta jajaran pejabat daerah termasuk Staf Ahli Bupati, Kepala OPD, Forkopimcam Ngasem, dan Kepala Desa Sendangharjo.
Rangkaian kegiatan budaya ini telah dimulai sehari sebelumnya, Kamis (26/6), dengan prosesi pengambilan minyak bumi secara tradisional dari sumur tua Wonocolo—salah satu situs geologi penting di Bojonegoro.
Minyak tersebut disemayamkan di Pendopo Kayangan Api sebagai simbol sakralitas hubungan antara kekayaan alam dan spiritualitas masyarakat. Prosesi dilanjutkan dengan doa bersama dan pembacaan sholawat, mencerminkan sinergi antara budaya Jawa dan nilai-nilai keislaman yang hidup di tengah masyarakat.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bojonegoro, Welly Fitrama, dalam sambutannya menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai bagian dari strategi promosi geopark.
“Ruwatan ini adalah bentuk nyata pelestarian budaya sekaligus bagian dari diplomasi budaya menuju UNESCO Global Geopark. Dengan dukungan Letter of Intent dari Gubernur Jawa Timur, kita optimis Kayangan Api akan menjadi geosite yang diakui dunia,” ujarnya.
Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, menambahkan bahwa Ruwatan Murwakala tidak hanya memperkuat identitas budaya masyarakat, tetapi juga menjadi refleksi penghormatan terhadap alam dan Sang Pencipta. “Melalui kegiatan ini, kita memperkuat nilai-nilai gotong royong, spiritualitas, dan kecintaan terhadap warisan leluhur,” tuturnya.
Festival Geopark Bojonegoro 2025 diharapkan menjadi agenda tahunan yang tak hanya memperkaya khasanah budaya lokal, tetapi juga menjadi pijakan strategis dalam mendorong Bojonegoro masuk dalam jaringan geopark dunia.
Peran aktif masyarakat lokal dalam menjaga situs-situs geologi seperti Kayangan Api menjadi kunci sukses menuju pengakuan UNESCO.(red)