Magelang – Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang kembali menyelenggarakan Hari Peradaban Desa 2024 dengan mengusung tema “Indonesia Bagian dari Desaku”.
Peringatan tahunan yang dirintis komunitas tersebut sejak 2021 ini diadakan setiap 21 Mei dan kini memasuki tahun keempat pelaksanaannya.
“Kami telah menjalani peringatan Hari Peradaban Desa selama empat tahun,” ujar Sujono, Ketua Komunitas Lima Gunung, pada Minggu (19/5/2024). Sujono juga memimpin Sanggar Saujana Keron di Dusun Keron, yang terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Kegiatan tahun ini digelar oleh komunitas bersama pelaku seni dan budaya di berbagai tempat, mulai 18 hingga 21 Mei 2024. Lokasi kegiatan tidak hanya di dusun-dusun basis komunitas tetapi juga di beberapa kota dan bahkan luar negeri.
Berbagai kegiatan seni budaya yang diselenggarakan termasuk pementasan kesenian, pembacaan puisi, performa seni, sarasehan, dan tradisi kenduri.
“Tujuan dari tema tahun ini adalah untuk memperkuat kesadaran warga desa akan pentingnya peran mereka dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kebudayaan sebagai fondasi peradaban bangsa,” jelas Sujono.
Ia menekankan pentingnya nilai-nilai luhur seperti gotong royong, persaudaraan, kepedulian, dan penghormatan terhadap leluhur di tengah perubahan kehidupan yang cepat dan dinamis serta pengaruh kemajuan teknologi informasi.
Beberapa contoh nilai budaya desa yang disebut Sujono antara lain gotong royong, persaudaraan, kepedulian, penghargaan antarsesama, keharmonisan manusia dengan lingkungan, sopan santun, ramah-tamah, dan penghormatan terhadap leluhur.
“Kami berupaya untuk setiap tahun mengadakan peringatan Hari Peradaban Desa. Tahun ini, acara diselenggarakan di berbagai tempat seperti Boyolali, ISI Yogyakarta, Kota Magelang, Klaten, Bali, Afrika, dan Belanda,” ungkap Sujono.
Ia menambahkan bahwa kesenian tradisional dan prosesi ritual budaya desa mengandung nilai-nilai penting peradaban.
Pada Minggu pagi, sejumlah seniman Sanggar Saujana Keron mengadakan performa seni berjudul “Olah Roso” di Candi Asu Desa Sengi, Kecamatan Dukun, Gunung Merapi. Dalam kegiatan ini, mereka didampingi oleh juru kunci Candi Asu, Wahyu Setyanto.
Para seniman melakukan gerak performa seni di sekitar candi dengan membawa properti gunungan, mengenakan topeng, berselempang kain putih, dan iringan musik seruling.
“Desa itu hidup dan menyala atau menghidupi manusia. Oleh karenanya, jangan lupakan desa. Ingat, desa membawa kemuliaan negara, melupakan desa berakibat mala,” ujar Fredi Hanifa, salah satu seniman, dalam bahasa Jawa.
Komunitas Lima Gunung yang dibentuk lebih dari 20 tahun lalu oleh budayawan Magelang, Sutanto Mendut, beranggotakan seniman petani dari dusun-dusun di kawasan lima gunung (Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh).
Setiap tahun, komunitas ini menyelenggarakan Festival Lima Gunung secara mandiri.
Tahun ini, Festival Lima Gunung Ke-23 direncanakan digelar di tiga lokasi yaitu Dusun Gejayan dan Warangan (Kecamatan Pakis) dengan puncak acara di Dusun Keron pada September mendatang. (rin/zen)