Suaradesa.co, Bangkalan — Malam sastra yang penuh kehangatan dan refleksi jiwa tersaji dalam acara bertajuk Kolaborasi Sastra Bermakna, mempertemukan dua komunitas sastra ternama, Sang Prabu dan Nanggala. Digelar dalam suasana yang khidmat, acara ini menghadirkan pembacaan puisi dan pembedahan karya yang menggugah kesadaran batin para hadirin.
Malam itu, Sabtu (24/5/2025) para penyair dari berbagai latar belakang tampil membawakan karya-karya terbaik mereka. Salah satunya, Mefby Cucus dari komunitas Gempara, berhasil mencuri perhatian lewat pembacaan puisinya yang menyentuh. “Sungguh luar biasa. Terima kasih kepada Gempara dan Nanggala yang telah memberikan kami, para sastrawan, kesempatan untuk meluapkan isi hati. Merupakan kehormatan bagi saya bisa tampil membacakan puisi malam ini,” ungkap Mefby penuh haru.
Tak sekadar pertunjukan, acara ini juga menghadirkan sesi pembedahan puisi yang menjadi daya tarik tersendiri. Para peserta menyambut antusias sesi tersebut, menyebutnya sebagai momen berharga untuk merenungi makna hidup yang tersirat dalam puisi. “Yang paling menarik adalah sesi pembedahan puisi. Di sana, banyak pelajaran hidup yang bisa kita renungkan dan maknai kembali. Sesuatu yang sangat berharga dari dua karya puisi yang tak bisa diulang,” ujar salah satu peserta.

Kolaborasi Sastra Bermakna menjadi lebih dari sekadar panggung ekspresi—ia menjelma sebagai ruang pertemuan batin yang mempertemukan manusia dengan kemanusiaannya melalui bahasa. Para peserta merasa terhubung secara emosional, tak hanya lewat kata-kata, tetapi juga lewat energi kolektif yang hadir malam itu.
“Saya menemukan tempat untuk menyuarakan isi hati lewat puisi, dan bisa langsung berinteraksi dengan komunitas Nanggala. Harapannya, kegiatan seperti ini terus berlanjut dalam skala yang lebih luas. Semoga ini menjadi awal kebangkitan sastra untuk mewujudkan peradaban Indonesia yang lebih bermakna melalui bahasa dan sastra,” tutur seorang pengisi acara.
Di tengah derasnya arus zaman, acara ini menjadi penegasan bahwa puisi tetap relevan—sebagai jembatan antara rasa, pikir, dan harapan. Kolaborasi Sastra Bermakna bukan sekadar agenda seni, melainkan gerakan jiwa yang menyuarakan kemanusiaan dalam balutan keindahan kata.(*Red)