Bojonegoro – Diskusi tentang pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis untuk memperkuat peran TBM di desa. Dalam diskusi ini, TBM disepakati tidak hanya menjadi tempat membaca, tetapi juga berfungsi sebagai pusat informasi yang mendukung pembangunan desa secara berkelanjutan, serta menjadi episentrum peningkatan literasi masyarakat di tingkat desa.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah pentingnya penguatan Taman Baca Masyarakat sebagai pusat literasi untuk membantu masyarakat menghadapi tantangan digital, seperti maraknya pinjaman online ilegal dan judi online.
Salah satu poin pentingnya adalah menekankan perlunya akses yang lebih luas terhadap sumber daya, penerapan teknologi, serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung digitalisasi layanan TBM.
“Keberadaan TBM tidak hanya sebagai tempat membaca, tetapi juga menjadi pusat informasi yang mampu mendorong pembangunan desa secara berkelanjutan. Kegiatan ini menjadi upaya kami untuk meningkatkan literasi sekaligus memberdayakan masyarakat desa,” ujar Sumantri dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Bojonegoro.
Dia menegaskan peran TBM sebagai pusat informasi untuk pembangunan desa. Baik itu pembangunan infrastruktur maupun manusianya. Ketika tingkat literasi meningkat, masyarakat bisa mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
“Kami berharap, pembangunan di desa bisa lebih holistik dan berkelanjutan,” imbuhnya.
Diskusi bertema “Strategi Pengelolaan TBM sebagai Pusat Literasi Desa” ini diselenggarakan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Asosiasi untuk Demokrasi dan Kesejahteraan Sosial (ADEMOS) di Omah Tepi Sawah, Desa Ngampel, Bojonegoro.
Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pemahaman pengelola TBM dan merumuskan strategi pengembangan TBM di tingkat desa sesuai Permendes No. 7 Tahun 2023. Diskusi ini juga menjadi ruang untuk merumuskan strategi yang efektif dalam pengembangan TBM sebagai pusat literasi dan informasi desa di Bojonegoro.
Acara dihadiri sejumlah narasumber, antara lain Bangun Setiyawan Nugroho, Ketua Forum TBM Bojonegoro, yang memaparkan pentingnya kesadaran literasi dan strategi optimalisasi TBM.
Panji Aryo Kusumo, dari Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Bojonegoro, dan Rifqi Romadhon, perwakilan ExxonMobil Cepu Limited, yang menyoroti pentingnya TBM dalam meningkatkan literasi digital untuk mengatasi tantangan sosial di desa.
Menurut data UNESCO 2021, indeks baca masyarakat Indonesia tergolong rendah, di angka 0.01%, atau hanya satu orang dari 1.000 yang memiliki minat baca. Indonesia juga menempati peringkat ke-60 dari 61 negara dalam studi “Most Literate Nation in the World.”
Rendahnya literasi berdampak pada kemampuan masyarakat dalam menghadapi tantangan era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Melalui diskusi ini, EMCL dan ADEMOS berharap TBM dapat memainkan peran sentral sebagai pusat literasi, informasi, dan pemberdayaan masyarakat desa.
“Program ini merupakan bagian dari komitmen industri hulu migas dalam meningkatkan taraf pendidikan di masyarakat,” ucap Rifqi.
Rifqi menilai, kolaborasi dan diskusi semacam ini diharapkan akan terus berlangsung. TBM sebagai penggerak literasi seyogyanya menjadi bagian penting dalam mendorong perubahan di masyarakat.(red)