Suaradesa.co (Bojonegoro) — Yudi adalah seorang warga Dusun Danggerong Desa/ Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro yang sudah lama menekuni pekerjaan sebagai pemburu ular.
Dengan bermodalkan keberanian dan kantong berbahan dasar kain untuk wadah ular, dia pun siap berburu ular untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia juga mengatakan bahwasanya berkali-kali dia di gigit ular buruannya akan tetapi dirinya sudah terbiasa dengan hal tersebut.
“Sering mas kalau di gigit, ini saja tadi pas nangkap ulur juga di gigit,” ujarnya sambil menunjuk bekas gigitan ular di kakinya.
Beberapa daerah hutan dan perbukitan di wilayah selatan Bojonegoro sudah ia sambangi. Seperti halnya Ngambon, Sekar dan Bubulan. Namun, tempat yang sering menjadi sasaran yaitu area persawahan. Sebab di area persawahan kebanyakan yang mendiami hanyalah ular kayu yang tidak berbisa.
“Saya lebih suka menangkap ular kayu, sebab tidak beresiko, kalau ular kayu kan tinggal di injak saja menangkapnya, beda dengan kobra harus ada alat bantu seperti kayu untuk berjaga-jaga dari bisanya,” ujar pria berbadan gempal itu.
Biasanya ular yang didapat jenis ular kayu dan kobra. Kalau lagi beruntung paling banyak bisa dapat 7 kelogram. Tapi terkadang juga sama sekali tidak dapat sama sekali.
“Ular-ular ini nantinya saya jual di pengepul dengan harga Rp. 10.000 perkelonya,”kata Yudi saat ditemui awak media.
Meskipun demikian, banyak tantangan dan risiko yang dihadapi saat berburu. Salah satunya terkena gigitan ular berbisa. Karena itu, ia lebih waspada dan harus memahami gerakan dan serangan jenis-jenis ular. Ia harus memiliki teknik menangkap ular agar tidak tergena gigitan ular.(sya)