International Women’s Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional dirayakan seluruh dunia setiap tanggal 8 Maret. Hari ini jadi kesempatan bagi para perempuan berkumpul merayakan pencapaian, mulai dari aspek politik hingga sosial, dengan misi utama untuk menyerukan kesetaraan gender.
Tanpa ada afiliasi dengan kelompok politik tertentu, aksi tersebut berangkat dari kesadaran murni para perempuan yang kemudian mampu menyatukan perempuan dari seluruh jenis profesi, lalu dikemas dalam aksi unjuk rasa, orasi, pawai dan penampilan karya seni.
Mengapa Perlu Merayakan dan Terus Memperjuangkan Hak Perempuan?
Sederhananya, aksi tersebut merupakan representasi protes kesetaraan gender yang sampai saat ini masih timpang. Secara global, taraf pendidikan, kesehatan, posisi perempuan masih lebih rendah daripada laki-laki. Sementara, angka kekerasan seksual terhadap perempuan semakin bertambah.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, perlu 100 tahun lagi untuk membuat kesenjangan antara perempuan dan laki-laki sirna. Ini dibuktikan oleh data di perusahaan Inggris yang menempatkan gaji karyawan perempuan tidak sampai setengah dari gaji laki-laki.
Kini aksi kesetaraan gender semakin vokal di beberapa negara, termasuk aksi menentang kekerasan seksual. Misalnya, gerakan #MeToo yang mendukung para perempuan korban pelecehan di industri film, musik, politik, dan seni.
Ada juga bentuk gerakan dukungan lain seperti aktris perempuan yang menyumbangkan uang dan mengenakan pakaian hitam pada upacara penghargaan untuk mendukung #TimesUp dan jurnalis BBC Carrie Gracie, yang secara terbuka mengundurkan diri sebagai editor China karena ketidaksetaraan gaji.
International Women’s Day (IWD) atau Hari Perempuan Internasional dirayakan seluruh dunia setiap tanggal 8 Maret. Hari ini jadi kesempatan bagi para perempuan berkumpul merayakan pencapaian, mulai dari aspek politik hingga sosial, dengan misi utama untuk menyerukan kesetaraan gender.
Tanpa ada afiliasi dengan kelompok politik tertentu, aksi tersebut berangkat dari kesadaran murni para perempuan yang kemudian mampu menyatukan perempuan dari seluruh jenis profesi, lalu dikemas dalam aksi unjuk rasa, orasi, pawai dan penampilan karya seni.
Mengapa Perlu Merayakan dan Terus Memperjuangkan Hak Perempuan?
Sederhananya, aksi tersebut merupakan representasi protes kesetaraan gender yang sampai saat ini masih timpang. Secara global, taraf pendidikan, kesehatan, posisi perempuan masih lebih rendah daripada laki-laki. Sementara, angka kekerasan seksual terhadap perempuan semakin bertambah.
Menurut Forum Ekonomi Dunia, perlu 100 tahun lagi untuk membuat kesenjangan antara perempuan dan laki-laki sirna. Ini dibuktikan oleh data di perusahaan Inggris yang menempatkan gaji karyawan perempuan tidak sampai setengah dari gaji laki-laki.
Kini aksi kesetaraan gender semakin vokal di beberapa negara, termasuk aksi menentang kekerasan seksual. Misalnya, gerakan #MeToo yang mendukung para perempuan korban pelecehan di industri film, musik, politik, dan seni.
Ada juga bentuk gerakan dukungan lain seperti aktris perempuan yang menyumbangkan uang dan mengenakan pakaian hitam pada upacara penghargaan untuk mendukung #TimesUp dan jurnalis BBC Carrie Gracie, yang secara terbuka mengundurkan diri sebagai editor China karena ketidaksetaraan gaji.