Bojonegoro – Puluhan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) yang berada di sekitar area Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) mendapat kesempatan mengikuti sekolah lapangan atau kursus tani.
Pelatihan yang difasilitasi oleh PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 dengan menggandeng mitra pelaksana dari Lembaga Swadaya Masyarakat setempat ini antara lain mengajarkan pertanian berkelanjutan yang lebih ramah lingkungan.
Kegiatan yang berlangsung secara kontinyu ini dilaksanakan di kawasan Petak 38 Perhutani, Desa Bandungrejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (25/04).
Para petani yang berdomisili di desa sekitar wilayah operasi JTB ini mendapatkan pelatihan tentang tata cara bercocok tanam secara efektif dan efisien, sehingga mereka bisa mendapatkan hasil secara optimal dengan biaya minimal.
Manager Comm. Relations & CID PEPC Regional Indonesia Timur Rahmat Drajat menerangkan, kegiatan ini merupakan bagian dari Program Pengembangan Masyarakat (PPM) PEPC bersama SKK Migas yang merupakan regulator industri hulu migas.
Pihaknya bersama SKK Migas memberikan atensi kepada masyarakat sekitar supaya dapat mengembangkan pertaniannya sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
“Kami giat dalam pengembangan masyarakat tani sekitar wilayah operasi supaya mereka dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Untuk itu kegiatan ini didesain secara proaktif agar para petani memiliki pengetahuan baik secara teori dan praktek bersama mitra pendamping berpengalaman,” terangnya.
Salah satu peserta kursus dari anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Rimba Tani Desa Bandungrejo, Lamidi mengaku senang dapat mengikuti kegiatan ini. Menurutnya ilmu dan pengalaman dari kegiatan ini semakin membuka wawasannya dalam hal bertani.
Sebelum mendapatkan rangkaian pelatihan ini dirinya mengira bahwa cara pengolahan lahan dan pengerjaannya hanya sebatas itu-itu saja. Lamidi seperti petani pada umumnya masih menggunakan cara konvensional.
“Pengalaman dari pelatihan ini saya gunakan mulai musim tanam tahun ini dan hasilnya terlihat berbeda, menjadi lebih baik.
Terlebih di sini kami bisa mengurangi ketergantungan dalam penggunaan bahan kimia. Alhamdulillah diberikan pengalaman sehingga dapat diterapkan. Terima kasih. Kegiatan ini sangat membantu kami,” ungkapnya.
Senada dengan Lamudi, Purwiwin yang juga anggota KTH petani penggarap di sekitar JTB merasa dirinya jadi lebih mudah dalam melakukan penanaman hingga perawatan dengan cara yang diajarkan ini. Menurut Purwiwin hasil taninya pun berbeda, kelihatan lebih baik dari sebelumnya.
Dengan metode yang diajarkan dalam kursus ini, selain memudahkan pengelolaan dalam bertani juga mengirit penggunaan pupuk. “Tambah pengalaman yang berharga. Kesempatan pelatihan semacam ini jarang didapatkan oleh petani.
Pengoptimalan kompos dan pengelolaan tanah selama proses penanaman termasuk yang diajarkan. Apalagi pupuk semakin mahal dan semakin langka, jadi kegiatan ini tepat buat para petani. Terlebih ketersediaan bahan pembuatan kompos ada di sekitar kita,” urainya.
Kegiatan ini diawali dengan cara membuat kompos secara benar supaya dapat diaplikasikan pada tanaman untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan tanah sebelum ditanam dan pemilihan jenis bibit yang akan ditanam.
Pada pelatihan kali ini, di lahan yang menjadi pusat pelatihan ditanami beberapa jenis bibit jagung yang kemudian diobservasi secara rutin pertumbuhannya.
Diharapkan dengan memanfaatkan ketersediaan bahan yang ada dan mudah didapat tidak hanya akan membantu para petani dalam mengolah dan memproduksi kompos tapi juga membantu para petani dalam menekan pengeluaran biaya pertaniannya untuk mendapat hasil yang lebih optimal. (rin/zen)