Suaradesa.co (Bojonegoro) – Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqoh Nahdlatul Ulama (Lazisnu) Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyantuni 50 Anak yatim dan dhuafa, Senin (6/9/2021).
Santunan diserahkan langsung oleh Ketua Tanfidziyah Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU) Kedewan, Imam Turmudzi bersama Pengurus Lazisnu dengan disaksikan Forkompimcam Kedewan.
Ketua MWCNU Kedewan, Imam Turmudzi dalam sambutan acara menjelaskan bahwa dana santunan anak yatim diperoleh dari dana Lazisnu.
“Santunan kali ini ditasyarufkan untuk anak-anak yatim dari desa Kedewan dan Hargomulyo,” ujarnya.
Sementara Ketua Lazisnu, Ahmad Rois Udin mengatakan pemberian santunan ini merupakan bentuk kepedulian masyarakat dan jam’iyah Nahdlatul Ulama di dalam rangka Harlah RI 17 Agustus 1945 dan Suronan.
“Semoga bisa bermanfaat bagi penerima, dan diberi kecerdasan bagi anak anak semua sehingga dapat meningkatkan SDM di kecamatan kedewan,” imbuhnya.
Kali ini, santunan bagi anak-anak yatim di Desa Kedewan dan Hargomulyo. Untuk santunan anak yatim di desa Wonocolo, Beji, dan Kawengan akan dijadwalkan dan dirapatkan lagi dengan pengurus,” katanya.
Sementara itu, Suswati sebagai penyemangat generasi penerus mengatakan anak-anak yatim piatu merupakan amanah yang Allah berikan kepada manusia yang berakal terutama bagi kalangan yang mampu.
“Mereka diamanahkan untuk disantuni sebagaimana menyantuni diri sendiri dan keluarga,” tandasnya.
Dalam tarikh Islam diceritakan, tauladan kita Nabi Muhammad SAW telah yatim piatu sejak kanak-kanak. Ketika dalam masa kandungan, ayah beliau Abdullah meninggal.
Lalu beranjak umur enam tahun, ibunya turut meninggal dunia. Beliau (Nabi Muhammad, red) sejak kecil telah mendapat cobaan yang sangat berat, memikul beban hidup sebagai seorang anak yang yatim dan piatu.
“Meski begitu, atas rahmat Alloh SWT, Muhammad menjadi manusia hebat, beliau diangkat nabi dan rasul, manusia terbaik se-alam semesta, manusia yang menjadi tauladan kita semua,” jelasnya.
Pelajaran yang bisa diambil, jangan minder dengan keadaan. Semuanya tetap harus sabar dan optimis menghadapi kehidupan ini. Yatim atau tidak, asal tekun ibadah, rajin sekolah, “manut” kepada orang tua dan orang-orang saleh. Insya Allah bisa menjadi manusia yang sukses dan yang berguna bagi sesama.
“Untuk itu saya berpesan kepada anak-anakku, jangan meninggalkan sholat lima waktu. Kalau sore harus rajin ikut ngaji TPQ di masjid atau mushola sekitar rumahnya,” pungkas Bu Sus. (Sandipo)







