Serba Serbi

Keistimewaan Malem Songo: Tradisi Pernikahan di Akhir Ramadhan

×

Keistimewaan Malem Songo: Tradisi Pernikahan di Akhir Ramadhan

Sebarkan artikel ini
Keistimewaan Malem Songo: Tradisi Pernikahan di Akhir Ramadhan
Keistimewaan Malem Songo: Tradisi Pernikahan di Akhir Ramadhan

Suaradesa.co, Bojonegoro – Malam ke-29 bulan Ramadhan atau yang dikenal sebagai malem songo telah lama menjadi momen spesial bagi pasangan calon pengantin di Bojonegoro untuk melangsungkan pernikahan. Meskipun tahun ini jumlah pernikahan di malam istimewa tersebut mengalami penurunan dibanding tahun lalu, tradisi ini tetap menjadi pilihan bagi ratusan pasangan.

Kasi Bimas Islam Kemenag Bojonegoro, H. Moh. Zainal Arifin, menyebut bahwa pernikahan di malem songo bukan sekadar kebetulan, tetapi telah menjadi kebiasaan yang diwariskan secara turun-temurun.

“Dalam keyakinan masyarakat, menikah di malam ke-29 Ramadhan dianggap membawa berkah. Ada yang meyakini bahwa pernikahan yang digelar saat bulan suci ini akan mendapatkan ridho Allah dan kehidupan rumah tangganya lebih sakinah,” ungkapnya.

Selain faktor religius, malem songo juga dipilih karena bertepatan dengan momentum menjelang Idul Fitri. Banyak pasangan melihatnya sebagai waktu yang tepat karena keluarga besar sedang berkumpul, sehingga perayaan pernikahan bisa berlangsung lebih meriah dan efisien.

“Kalau menikah di akhir Ramadhan, pas Lebaran sekalian bisa menggelar acara syukuran bersama keluarga besar. Jadi lebih hemat biaya juga,” ujar seorang calon pengantin asal Kecamatan Sumberrejo yang akan menikah di malem songo.

Namun, tidak semua daerah di Bojonegoro memiliki antusiasme tinggi terhadap tradisi ini. Beberapa kecamatan seperti Ngambon, Sekar, Gondang, Kedewan, dan Margomulyo justru tidak memiliki pasangan yang mendaftar menikah di malam tersebut.

Menurut Zainal Arifin, faktor sosial dan budaya di masing-masing wilayah bisa memengaruhi perbedaan ini. “Bisa jadi karena di daerah tersebut ada kebiasaan berbeda dalam menentukan waktu pernikahan, atau ada pertimbangan lain seperti kesiapan ekonomi,” jelasnya.

Meskipun tren pernikahan di malem songo tahun ini mengalami penurunan, tradisi ini tetap menjadi bagian dari budaya masyarakat Bojonegoro yang menarik untuk terus dikaji. Baik karena faktor spiritual maupun alasan praktis, pernikahan di akhir Ramadhan masih menjadi pilihan bagi banyak pasangan yang ingin memulai kehidupan baru dengan penuh berkah.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *