Bojonegoro – Musim panen padi di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur telah dimulai. Petani di Desa Temu Kecamatan Kanor menggunakan mesin combi untuk memanen padi, namun mereka menghadapi tantangan baru terkait harga gabah yang merosot.
Saat ini, harga beras terus melambung di pasaran, sehingga para petani berharap dapat mendapatkan harga gabah yang tinggi. Namun, kabar pemerintah yang akan menggelontorkan beras impor hingga 600 ribu ton membuat harga gabah langsung turun.
Menurut petani Rasno, harga gabah kering dari kombi mencapai Rp7.500 per kilogramnya, turun dari Rp8.400 dua pekan sebelumnya.
Turunnya harga gabah diduga disebabkan oleh rencana pemerintah untuk membanjiri beras impor di pasaran.
Hal ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan petani, terutama karena produksi beras nasional bulan Januari hingga Februari mengalami defisit hingga 2,8 juta ton menurut data BPS.
Meskipun harga gabah turun, tetapi jika dibandingkan dengan musim panen sebelumnya, harga tersebut masih relatif tinggi. Pada musim panen sebelumnya, harga gabah berkisar antara Rp4.500 hingga Rp5.000 per kilogram.
Menurut Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan (DKPP) Pemkab Bojonegoro, Mohamad Rudianto, sejumlah petani di Bojonegoro mulai memasuki masa panen secara bertahap pada akhir Februari. Namun, masih terjadi ketidakmerataan dalam proses panen.
Data dari DKPP menunjukkan luas lahan yang ditanami padi dan akan dipanen pada Februari hingga Maret mencapai 10.300 hektar, dengan perkiraan produksi beras sebanyak 37 ribu ton.
Produksi ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal Bojonegoro, tetapi juga untuk luar daerah. (sya/rin)