Bojonegoro – Pengajian yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama (Kemenag) di Bojonegoro mengalami kejadian tak terduga ketika sejumlah orang menguasai jalannya acara.
Sejak siang, setelah shalat Dhuhr, banyak yang mengklaim sebagian alun-alun untuk tempat duduk rombongan dari berbagai arah. Namun, perkembangan yang memprihatinkan muncul, dengan beberapa orang menjual tempat duduk tersebut dengan harga bervariasi.
Dengan ekspresi kecewa, Nurfadilah (40), jamaah dari Kecamatan Baureno, mengungkapkan frustrasinya melihat alun-alun sudah dikuasai padahal seharusnya terbuka untuk semua orang.
Lebih menyedihkan, ada yang menawarkan lokasi alternatif dengan biaya mulai dari Rp50.000 hingga Rp100.000.
“Seharusnya siapa yang datang lebih dulu itu yang mendapat tempat,” keluhnya.
Seorang jamaah lain, Rismanisa (33), bahkan menunjukkan bahwa area di depan panggung sudah tercatat sebagai milik rombongan dari wilayah selatan Bojonegoro.
“Ini bagian VIP, pasti bayarannya lebih banyak dari yang lain. Saya sudah booking dengan rombongan seharga Rp50.000,” ungkapnya.
Dalam konfirmasi terpisah, Kepala Kemenag Bojonegoro, Abdul Wakhid, mengakui bahwa masalah pungutan biaya untuk tempat duduk berada di luar kendalinya.
“Cari saja oknum yang bertanggung jawab; ini mengherankan bagaimana bisa ada pungutan. Seharusnya, siapa pun bisa menempati alun-alun tanpa membayar sepeser pun,” tegasnya.(rin/zen)