Reporter : Ahmad Fauzi
Suaradesa.co (Bojonegoro) – Siapa sangka jika di Kabupaten Bojonegoro terdapat sebuah petilasan yang konon katanya pernah menjadi tempat singgah Syekh Siti Jenar.
Syekh Siti Jenar yang memiliki nama asli Syaikh Sidi Zunnar adalah seorang tokoh yang dianggap sebagai sufi asal persia dan salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Jawa, khususnya di Kabupaten Demak.
Petilasan tersebut berada tepat di Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo, Kecamatan Balen.
Petilasan yang terbuat dari bangunan tembok dengan ukuran 6×4 meter tersebut, beratapkan keramik. Di dalamnya terdapat bangunan lagi yang terbuat dari kayu berukuran 2×1 meter. Dan di luarnya terdapat pohon ploso, yang dulunya banyak ditumbuhi pohon siwalan.
Bersumber dari Ketua sekaligus Pengurus Situs Cagar Budaya Petilasan Sykeh Siti Jenar, Satrio Imam Panjalu menegaskan, keberadaan petilasan Syekh Siti Jenar di Dusun Lemahbang, Desa Margomulyo tidak ada upaya merekayasa.
Karena petilasan tersebut sudah turun-temurun atau diyakini warga dan nenek moyang.
“Bahwasanya petilasan Syekh Siti Jenar benar adanya, bahkan nama Dusun Lemahbang terinisiasi dari sejarah yang tersembunyi tentang Syekh Siti Jenar di desa tersebut,”tegasnya.
Lanjut pria yang akrab disapa Imam, meski tidak ada bukti autentik yang mendasar. Tetapi secara fenomenologi, sejarah tersebut meninggalkan nama Dusun Lemahbang pada Desa Margomulyo.
Sementara itu menurut Pak Lurah Arif Rohman atau Kepala Desa yang saat ini, nama Dusun Lemahbang ada lebih dulu ketimbang nama Desa Margomulyo.
“Sedangkan nama Desa Margomulyo sendiri tidak diketahui kapan pertamakali diperkenalkan,” ungkap Satrio Imam Panjalu.
Bahkan, menurut penuturan nenek moyangnya atau dalam bahasa Jawa (mbah-mbah keturunan terdahulu). Bahwa nama Siti tersebut bermakna lemah atau tanah dan Jenar sendiri berarti kuning atau kemerahan.
“Dan itu diyakini ada hubungannya, karena setiap nama wilayah yang memiliki situs petilasan Syekh Siti jenar pasti memiliki kesamaan unsur nama,” ucap pria asal Lemahbang.
Sebelumnya, petilasan di Balen tersebut hanya cungkup kecil dari bahan atap alang-alang dan dinding bambu. Lalu dilakukan pemugaran beberapa kali, terakhir pada tahun 2017 silam. Kemudian penulisan papan petilasan Syekh Siti Jenar baru dipasang pada tahun 2020 lalu.
“Saat ini para pelestari adat banyak yang melakukan kegiatan di situs tersebut. Seperti salawat dan manakib yang dilakukan oleh para pemuda sekitar,” ungkapnya.
Sebagaimana tradisi yang sudah berkembang sejak dahulu. Setiap malam Jumat, petilasan di Dusun Lemahbang selalu ramai dikunjungi dan melaksanakan doa bersama dengan beberapa tokoh masyarakat sekitar.
Dengan tujuan berbeda-beda dan intinya ngalap berkah di petilasan ini. Apapun tujuan mereka yang terpenting tidak merusak petilasan tersebut. “Ini merupakan situs peninggalan sejarah yang harus dijaga kelestariannya,” pungkasnya. (fa)