Suaradesa.co (Bojonegoro) – Pandemi Covid-19 di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, masih melanda. Untuk itu, pemimpin daerah harus harmonis dan bahu-membahu dalam melaksanakan program pembangunan.
Demikian disampaikan Rektor Unugiri, Ridwan Hambali, saat menjadi narasumber dalam sarasehan yang digelar Gerakan Pemuda Ansor Bojonegoro, di aula PCNU, Jalan Ahmad Yani, Sabtu (23/1/2021).
“Kita semua harus mengambil inspirasi Rosul dalam masa awal memimpin kota Madinah. Kostitusi awal yang dibuat adalah Piagam Madinah. Agar Madinah atau Yasrib tidak lagi menjadi kota rawan konflik akibat banyaknya kepentingan antar suku,” terang Ridwan.
Berdasar hal itu, lanjutnya, pemimpin daerah harus saling memahami fungsi dan tugasnya. Agar visi-misi bersama yang dirumuskan dalam dokumen pembangunan daerah tetap bisa diperjuangkan dengan anggaran yang ada.
“Tidak ada waktu untuk tumpang tindih dan berselisih paham. Saya kira apa yang dilakukan Bupati sudah tepat dengan menggarap kebutuhan dasar masyarakat,” tegas pria yang juga anggota Dewan Pendidikan Bojonegoro itu.
Sementara itu, Ketua DPRD Bojonegoro, Imam Sholihin, saat ditanya peserta dari Sukosewu tentang apa yang terjadi dalam tubuh eksekutif dalam menjalankan pemerintahan, ia menjawab secara diplomatis.
Politisi asal Tambakrejo ini mengungkapkan, selama ini hubungan eksekutif dan legislatif harmonis. Seluruh kebijakan dapat disepakati bersama.
“Saya tidak mau tahu soal rumah tangga eksekutif, ada masalah pribadi apa. Yang jelas, fungsi legislatif sudah kami jalankan dengan baik,” elaknya saat memberi jawaban.
Pada sisi lain, Direktur IDFoS Indonesia, Joko Hadi Purnomo, menerangkan, saat Pandemi sekarang ini, indikator kesejahteraan pasti menurun. Meski saat ini, Nilai Tukar Petani (NTP) di Bojonegoro tergolong tinggi.
“Pembangungan dan sektor pendidikan, baik. Tetapi ruang interaksi antar warga sebagai media aspirasi harus tercipta dengan baik. Agar pemerintah dapat menerbitkan kebijakan dengan tepat,” terang pria yang juga akademisi dari IAI Alhikmah, Tuban.
Ketua PC GP Ansor Bojonegoro Mustakim menyatakan, sarasehan ini berangkat dari kegelishan kader pemuda NU atas ketidakharmonisan pemimpin di tengah pandemi. Sehingga muncul kekhawatiran berdampak pada percepatan pembangunan daerah yang sudah termaktub dalam RPJMD.
Selain itu, hasil diskusi menjadi tawaran solusi menghadapi masa sulit kepemimpinan di masa pandemi.
‘’Ini bagian dari kontribusi Ansor untuk pembangunan Bojonegoro,’’ pungkasnya. (rilis)