Bojonegoro – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bojonegoro masih menjadi momok di masyarakat.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bojonegoro mencatat sebanyak 580 kasus DBD, meningkat drastis dibandingkan tahun 2023 yang hanya mencapai 253 kasus.
Dengan demikian, terjadi penambahan sebanyak 327 kasus dalam satu tahun terakhir.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Bojonegoro, Fajar Respati, mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran DBD yang semakin meningkat.
“Maka masyarakat harus ekstra waspada supaya dapat mengantisipasinya,” ujar Fajar.
Fajar menjelaskan bahwa gejala DBD umumnya meliputi demam tinggi hingga 40 derajat Celsius yang berlangsung selama 2 hingga 7 hari, disertai nyeri otot dan sendi, rasa lemas, serta sakit kepala.
Ia mengimbau masyarakat yang mengalami gejala tersebut agar segera memeriksakan diri ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Sebagai langkah antisipasi, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah mengambil sejumlah tindakan untuk menekan penyebaran nyamuk Aedes aegypti, yang menjadi vektor penyebab DBD.
Pada akhir tahun 2024 lalu, Penjabat (Pj) Bupati Bojonegoro, Adriyanto, telah mengeluarkan Surat Edaran Bupati Bojonegoro Nomor 400.7.9.2/5910/412.202/2024 tentang Kewaspadaan Terhadap Peningkatan Kasus DBD.
Selain itu, pemerintah juga melakukan berbagai upaya pencegahan, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pemberian larvasida selektif, fogging, serta pengkabutan dengan Ultra Low Volume (ULV) di 93 sekolah di Bojonegoro.
Dengan meningkatnya kasus DBD ini, masyarakat diimbau untuk aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan langkah-langkah pencegahan, seperti menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk.(red)