Semarang – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa 27 kabupaten dan kota di Jawa Tengah berpotensi mengalami cuaca ekstrem yang dapat memicu bencana hidrometeorologi.
Wilayah-wilayah tersebut meliputi Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Klaten, Surakarta, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Salatiga, Kabupaten dan Kota Semarang, Jepara, Demak, Kudus, Pati, Kendal, Batang, Kabupaten dan Kota Pekalongan, Pemalang, Brebes, serta Kabupaten Tegal dan sekitarnya.
Kepala Stasiun BMKG Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo, menyatakan bahwa potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, pohon tumbang, dan sambaran petir meningkat akibat prospek cuaca ekstrem. Ia mengimbau masyarakat, terutama yang berada di wilayah rawan bencana, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi ini antara lain adanya sirkulasi siklonik di wilayah barat Sumatera yang menyebabkan pola belokan dan pertemuan angin atau konvergensi.
“Selain itu, aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO) yang aktif pada fase 3 turut berkontribusi terhadap peningkatan intensitas curah hujan di Jawa Tengah,” ujarnya,Selasa (28/1).
Diprediksi hingga akhir Januari 2025, MJO akan berada pada fase 4 dan 5, yang semakin meningkatkan potensi pembentukan awan hujan.
Kelembapan udara di berbagai ketinggian yang cenderung basah juga mendukung pembentukan awan hujan yang menjulang hingga ke lapisan atas. Selain itu, stabilitas lokal yang kuat mendukung proses konvektif pada skala lokal di Jawa Tengah, yang berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem.
BMKG mengingatkan masyarakat untuk selalu memantau informasi cuaca terkini dan mengikuti arahan dari pihak berwenang guna mengantisipasi dampak dari cuaca ekstrem ini.
Kesiapsiagaan dan kewaspadaan menjadi kunci dalam menghadapi potensi bencana yang mungkin terjadi.(red)