Home / Opini

Jumat, 7 Januari 2022 - 10:08 WIB

Kampung Toleransi Kwangenrejo

“Jatuh bangunnya negara ini, sangat tergantung oleh bangsa ini sendiri. Makin pudar persatuan dan kepedulian, Indonesia hanyalah sekedar nama dan gambar seuntaian pulau di peta”

Mohammad Hatta

Wahid Institute dalam survey nya menyampaikan bahwa sikap Intoleransi Masyarakat Indonesia saat ini mengalami kenaikan. Dari yang sebelumnya 46%, kini naik menjadi 54%. Ini di sebabkan karena politik, radikalisme, ceramah kebencian, hoax dan berbagai postingan di media sosial secara sengaja atau tidak sengaja, atau bisa jadi, kenaikan Intoleransi yang terjadi saat ini adalah karena sikap ketidakpedulian diri kita sendiri, yang memilih diam menyaksikan negara kita di jerumuskan oleh sekelompok gerakan yang ingin melihat terjadinya perpecahan.

Budaya gotong royong, saling menjaga, menghargai, menghormati, yang bertahun-tahun membudaya, mendarah daging sampai rusuk tulang yang terdalam, kini sudah mulai ada gerakan yang ingin menghancurkan. Satu orang Intoleran yang berteriak lantang bisa menghancurkan negara yang besar jika mayoritas warganya hanya memilih diam tanpa ada upaya untuk terus melakukan tindakan yang mempersatukan.

Baca Juga :  Bau Politik dalam Dominasi Pondok Pesantren pada Peringatan Hari Santri

Inilah yang menjadi alasan kenapa kita harus segera untuk bangkit menguatkan kepedulian kita akan pentingnya Toleransi antar sesama.

Salah satu bukti peran aktif dalam menguatkan budaya toleransi adalah dengan adanya Kampung toleransi yang saat ini berada di Kwangenrejo sidokumpul, Leran Kalitidu Bojonegoro Jawa Timur.

“Tradisi turun temurun, hidup rukun antar tetangga walau beda agama, sudah terjalin sejak jaman dulu. Walau kami di desa, tapi kami sangat menjunjung tinggi perbedaan keyakinan” Ungkap Kepala desa Mustabi’un

Baca Juga :  Kemelut Pembebasan Lahan Proyek Bendung Gerak Karangnongko, Adakah Provokasi dibalik Penolakan Warga Ngelo??

Letak Kwangenrejo sidokumpul berada di sebelah selatan kota Bojonegoro. Dengan rute pertigaan Ngujo ke selatan dengan jarak 7 Km. Di desa ini ada gereja, mushola dan bahkan makam umat Islam dan Kristen yang saling berdampingan.

“Kami berharap Kampung toleransi di Kwangenrejo ini menjadi desa pelopor yang berperan aktif memberikan edukasi betapa pentingnya bertoleransi. Semoga Pemerintah bersama pihak terkait bisa memberikan banyak dukungan agar Kampung toleransi ini bisa menjadi icon baru wisata edukasi, wisata kebangsaan di Bojonegoro” Mahmudi selaku Kaban Kesbangpol Bojonegoro

“Orang yang minim toleransi pasti sering hidup di lingkungan yang homogen sehingga gagap akan pluralisme”

*)Penulis adalah Certified Public Speaker’s | Founder wisata Edukasi Kampung Tumo

Ikuti kabar terkini suaradesa.co di Google News

Share :

Baca Juga

Opini

Mengenali Bojonegoro Secara Ilmiah

Opini

Coretan Pilok Pedagang Kaki Lima, Goresan Luka di Jalan Utama

Opini

Pemuda Indonesia: Agen Informasi Anti-Hoaks dalam Era Transformasi Digital

Opini

Hutan Gundul Sebabkan Longsor, Berharap Ada Reboisasi

Opini

Peran dan Harapan Sensus Pertanian 2023

Headline

Migor..oh Migor.. Ada Yang Terlanjur Nyaman

Opini

Melajulah Margomulyo

Headline

Inilah Keuntungan Anak di Pondok Pesantren