Olahraga

“Tendangan Persaudaraan”: Futsal Bhayangkara Satukan Semangat dan Solidaritas Polisi Bojonegoro

×

“Tendangan Persaudaraan”: Futsal Bhayangkara Satukan Semangat dan Solidaritas Polisi Bojonegoro

Sebarkan artikel ini

Suaradesa.co, Bojonegoro – Gema sorak sorai menggema di GOR Ngumpakdalem, Kecamatan Dander, Selasa (17/6/2025) sore. Bukan pertandingan biasa—bukan pula sekadar perebutan piala.

Turnamen futsal antar Satker dan Polsek jajaran Polres Bojonegoro ini menjadi simbol kekompakan dan soliditas aparat penegak hukum yang selama ini berdiri di garda depan pelayanan masyarakat.

Kapolres Bojonegoro, AKBP Mario Prahatinto, SH, SIK, M.Si, membuka langsung ajang penuh semangat ini dalam rangka memeriahkan Hari Bhayangkara ke-79.

Namun, lebih dari seremoni dan selebrasi, turnamen ini punya misi yang dalam: memperkuat ikatan emosional, menghidupkan nilai sportivitas, dan membangun jiwa korps yang utuh di tengah ritme kerja yang padat dan menuntut.

“Ini bukan hanya tentang siapa yang menang atau mencetak gol terbanyak. Ini tentang kita, tentang persaudaraan, disiplin, dan integritas dalam setiap langkah, baik di lapangan maupun dalam tugas,” ujar AKBP Mario penuh makna.

Sebanyak 12 tim, mulai dari satuan kerja Polres hingga rayonisasi Polsek jajaran, bersaing dalam atmosfer kompetitif yang dibalut keakraban. Di balik peluh dan sorak, tersirat semangat gotong royong serta kekompakan yang menjadi kekuatan tak kasat mata di tubuh kepolisian.

Kegiatan ini juga menjadi oase di tengah padatnya rutinitas pelayanan publik. “Turnamen ini adalah pelepas penat, sekaligus penguat energi kolektif kita sebagai abdi negara,” tambah Kapolres yang dikenal dekat dengan anggotanya itu.

Lebih dari sekadar olahraga, futsal Bhayangkara ini adalah refleksi bagaimana institusi polisi membangun dirinya dari dalam: melalui kolaborasi, semangat kekeluargaan, dan kebersamaan yang utuh.

Ketika peluit dibunyikan dan bola digulirkan, bukan hanya pertandingan yang dimulai. Tapi juga sebuah perayaan: bahwa di balik seragam, para Bhayangkara tetap manusia—yang butuh tawa, peluh, dan ruang untuk terus tumbuh bersama.(fa)