Suaradesa.co, Malang – Sabtu sore di GOR Sasana Krida, Malang, menjadi panggung sejarah. Di tengah sorakan penonton dan dentuman peluit, seorang pemuda dari Kecamatan Trucuk, Bojonegoro, menundukkan besi seberat 260 kilogram dan menorehkan rekor baru Porprov Jatim 2025.
Namanya Ahmad Sugiyanto. Usianya 23 tahun. Profesi harian? Tukang las rumahan.
Namun hari itu, Sugiyanto bukan sekadar buruh las. Ia adalah pemecah rekor, penyumbang dua emas, dan simbol tekad baja kontingen Bojonegoro.
Dengan angkatan benchpress 170 kilogram dan deadlift 260 kilogram, Sugiyanto tidak hanya unggul di kelas 93 kg. Ia menumbangkan rekor yang sebelumnya dipegang atlet-atlet dari kota besar seperti Kediri dan Nganjuk.
Bukan prestasi biasa. Ini adalah cerita tentang bagaimana peluh dan disiplin bisa menaklukkan batas tubuh.
“Awalnya kami hanya target medali, tapi Sugiyanto membalik semua ekspektasi,” ujar Zubaidi, pembina Pabersi Bojonegoro, tak bisa menyembunyikan bangga.
Lebih dari sekadar medali emas, Sugiyanto mengirim pesan kuat dari pedalaman Trucuk: bahwa mimpi besar bisa hidup di tubuh siapapun yang mau melatihnya.
Tanpa pelatih asing, tanpa fasilitas elite, Sugiyanto membangun tubuhnya dari bengkel las dan jadwal latihan yang ketat. Bahkan, disebut-sebut ia masih membantu keluarganya memperbaiki pagar tetangga, hanya sehari sebelum berangkat ke Malang.
“Dia bukan hanya atlet. Dia inspirasi hidup kami,” ucap Zubaidi lagi.
Bojonegoro menutup cabang olahraga angkat berat di Porprov 2025 dengan gemilang: dua emas, tiga perunggu dari enam atlet. Tapi nama Sugiyanto berdiri paling tinggi.
Bukan hanya karena prestasinya, tapi karena ia mewakili mereka yang selama ini dianggap “biasa saja”. Padahal, di balik otot dan keringatnya, tersimpan tekad luar biasa.
Kini, peluangnya menuju PON terbuka lebar. Dan Sugiyanto sudah bersiap. Ia tahu, jika tubuhnya bisa menundukkan besi, maka nasib pun bisa ia bentuk ulang. (red)