Suaradesa.co, Jakarta – Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami puncak musim kemarau pada Juni 2025.
Puncak musim kemarau adalah periode dengan curah hujan terendah selama tiga dasarian (sekitar 30 hari) secara berturut-turut.
BMKG memproyeksikan bahwa puncak musim kemarau pada bulan Juni 2025 akan terjadi di 222 Zona Musim (ZOM), yang mencakup sekitar 31,8% wilayah Indonesia.
Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini didominasi oleh kondisi yang sama atau lebih awal dibandingkan dengan rata-rata klimatologis.
Enam wilayah utama yang diperkirakan akan memasuki puncak musim kemarau pada Juni 2025 meliputi Sumater, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, Sebagian kecil Sulawesi, Papua bagian tengah, dan Papua bagian timur.

Wilayah-wilayah ini diprediksi akan mengalami curah hujan terendah selama tiga dasarian berturut-turut pada bulan Juni.
Durasi musim kemarau di Indonesia pada tahun 2025 bervariasi antar wilayah, Sumatera: 3–12 dasarian, Jawa: 10–21 dasarian, Kalimantan: 3–15 dasarian, Sulawesi: 3–24 dasarian, Bali, NTB, dan NTT: 13–24 dasarian, Maluku: 3–10 dasarian, Papua: 3–12 dasarian
Sebagian besar wilayah Indonesia, sekitar 43% ZOM, diprediksi akan mengalami musim kemarau yang lebih pendek dari biasanya.
BMKG juga memprediksi sifat musim kemarau tahun ini sebagai berikut, 60% wilayah akan mengalami curah hujan musiman dalam kategori normal, 26% wilayah akan mengalami curah hujan di atas normal, 14% wilayah akan mengalami curah hujan di bawah normal.
Fenomena “kemarau basah” diperkirakan terjadi di beberapa wilayah, termasuk sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian tengah. (red)