Suaradesa.co (Bojonegoro) – Rumah warga Desa Sambongrejo, Kecamatan Sumberjo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, Surati (55) dikatakan belum layak.
Bagaimana tidak, dengan kondisi rumah berlantai tanah dan berdinding bambu, ibu satu anak ini harus mencari makan sendiri sejak suaminya meninggal.
“Saya ya cari makan sendiri. Duitnya dari hasil buruh tani,” ujarnya kepada suaradesa.co, Minggu (3/5).
Meski memiliki anak, Suyanto (25), namun Surati mengaku tidak mau menjadi beban. Selain sang anak memilik keluarga, wabah Corona (Covid-19) membuatnya kehilangan pekerjaan.
“Anak saya kerja di persewaan Terop. Lha sekarang sepi, jadi ya sementara nganggur. Saya tidak mau ngrepoti,” lanjutnya.
Surati menyampaikan, selama ini rela tinggal di rumah reot. Berbanding terbalik dengan kondisi rumah anaknya yang sudah terbangun dengan baik. Rumah itu dibangun dari penjualan sawah peninggalan ayahnya.
“Rumah saya memang reot. Tapi tidak apa-apa, saya tidak mau tinggal sama anak menantu,” tukasnya.
Pihaknya berharap, dengan kondisi sulit sekarang ini Pemerintah Desa bisa membantu meringankan beban selama ini. Baik melalui bantuan sembilan bahan pokok (sembako), Program Keluarga Harapan (PKH), maupun bantuan lainnya.
“Saya dapat PKH itu saat suami masih ada. Saat meninggal sudah tidak lagi. Juga bantuan Kambing, sekarang kambingnya saya rawat dengan baik,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Desa Sambongrejo, Sulastam, mengaku jika keluarga Surati sudah mendapatkan bantuan PKH. Bahkan, sekarang akan mendapatkan BLT.
“Keluarga Surati sudah terdaftar PKH, dan ini juga akan mendapatkan BLT juga. Oleh sebab itu, dia tidak dapat bantuan sembako dari Pemkab,” tukasnya.
Menurutnya Surati tidak mendapatkan program atau bantuan dari Pemerintah baik Pusat, Provinsi, maupun Daerah karena secara administrasi Surati masih satu Kepala Keluarga (KK) dengan anak dan menantu.
“Kalau mau dapat bantuan, harus pecah KKnya. Selama ini belum mengajukan,” tandasnya.(sar/*)