Kabar Kota

Kulepaskan Nyawa, Meski Berdosa

231
×

Kulepaskan Nyawa, Meski Berdosa

Sebarkan artikel ini

Suaradesa.co – Aida merasakan dingin disekujur tubuhnya. Mendengar suara berat bercampur serak yang memanggil nama ibunya. Dilirik tubuh lemah tak berdaya itu, nampak lelap diperaduan, tak tega untuk membangunkan sang Ibu

Perempuan 30 tahun itu tidak tahu harus berbuat apa menghadapi tetangga sekaligus pemberi hutang ibunya.

Dengan iming-iming kemudahan, akhirnya si ibu terbujuk rayuan hingga harus mengembalikan uang sebesar Rp7 juta dari pinjaman Rp4,3 juta.

Gila! Meski almarhum sang ayah adalah pensiunan seorang guru, namun gaji pensiun tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari sekaligus membiayai kuliah adiknya, Rama yang tengah memasuki semester akhir.

Aida masih ingat pesan ibunya, untuk mengalah pada adik semata wayangnya itu. Meski kepala 3, namun Aida belum juga menikah. Pernah bekerja, itupun hanya disebuah konter kecil dengan gaji pas-pasan tiap bulan.

Bingung. Resah. Bagaimana membayar hutang yang terus berbunga tiap minggunya. Iya, hutang si ibu harus dibayar mingguan. Dengan bunga sangat tinggi. Mencekik

Baca Juga :  Dinas Perpustakaan dan Arsip Bojonegoro Wujudkan Gerakan Literasi di Lingkungan Sekolah

Dilihatnya si ibu tak bergerak, sudah dua hari ini suhu tubuhnya tinggi. Dirogohnya dompet kusam diselipan tumpukan baju yang berhari-hari berada diatas kursi, kumal dan bau. Dilihatnya sekali lagi, kosong. Tak ada sisa, recehpun tak ada.

Dalam benaknya, lebih baik mati daripada harus menanggung beban didunia. Deg!! Jantungnya berdesir tak seperti biasa.

Terasa seperti ada lelehan dingin di pergelangan tangannya. Dilihatnya genangan cairan kental berwarna merah, dan perih tertahan yang tak lagi terasa mengalahkan sakit di hatinya.

Dengan rambut terurai, si ibu berbaring miring dan nampak senyum menyayat hati tersungging lesu di sudut bibir yang sudah membiru.

Aida pasrah, tidak ada lagi yang tersisa. Hanya rasa sesal yang penuh sesak dalam dadanya. Rasa sesal yang dalam, karena tak bisa membahagiakan wanita yang melahirkannya.

Baca Juga :  Pelatihan Kepemimpinan Pengawas Meningkatkan Kualitas dan Integritas PNS di Bojonegoro

Sekilas bayangan Yuda, sang kekasih yang tega menduakannya, wajah manis nan lugu adiknya, Rama, dan wajah bijaksana sang ayah menghiasi isi otak di kepala.

Cahaya putih mulai menyilaukan kedua matanya, nampak ayah dan ibu berada diambang pintu siap menjemputnya. Ringan tubuh Aida menyambut mereka, hingga akhirnya gelap, lembab, kemudian siksa yang mendera.

Secarik kertas bersimbah darah disisi tubuh membeku tertulis ;

“Maafkan Mbakmu dek, aku tidak sanggup lagi merawat ibu. Uang pesangon habis tak tersisa. Hutang semakin hari semakin menggunung saja.

Maafkan Mbakmu dek, hiduplah dengan penuh cinta. Juallah rumah ini untuk modal usaha. Kamu laki-laki perkasa, semoga jalan yang aku tempuh ini tak kau ikuti, karena aku berdosa. Memaksa untuk membuang jiwa yang seharusnya masih bernyawa”

Cerpen By : Rindu_Ruai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *