Suaradesa.co-Ririn Wedia
Bojonegoro-Angka kasus stunting di Kabupaten Bojonegoro terus menurun dalam lima tahun terakhir, menurut data yang dirilis dalam kegiatan Rembug Stunting. Dari tahun 2018 hingga Februari 2023, tercatat penurunan jumlah balita stunting sebesar 6,33 persen atau 5.285 balita. Prevalensi stunting diukur berdasarkan bulan timbang menggunakan EPPGBM (Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat).
Pada tahun 2018, prevalensi stunting mencapai 8,78 persen atau setara dengan 7.050 balita stunting. Angka ini terus menurun menjadi 7,45 persen (5.868 balita) pada tahun 2019, 6,8 persen (5.192 balita) pada tahun 2020, 5,71 persen (4.277 balita) pada tahun 2021, dan 2,99 persen (2.145 balita) pada tahun 2022. Hingga Februari 2023, prevalensi stunting mencapai 2,45 persen atau setara dengan 1.765 balita.
Dalam acara Rembug Stunting, Bupati Bojonegoro, Anna Mu’awanah, menekankan bahwa penurunan stunting telah menjadi bagian dari RPJMD lima tahunan. Pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan SDM, termasuk kemampuan IQ anak-anak dan tingkat pendidikan.
“Target pada tahun 2023 adalah mencapai prevalensi stunting sebesar 2,3 persen,”tegasnya.
Bupati Anna juga menyarankan pembuatan SOP saat bulan timbang, yaitu penimbangan harus dilakukan saat bayi/balita dalam keadaan sehat. Selain itu, Bupati menyebutkan bahwa Pemkab Bojonegoro telah mengambil langkah progresif dalam penanggulangan stunting, termasuk meluncurkan regulasi tentang insentif bagi calon pengantin cakap yang pertama kali menikah, sebagai upaya untuk mengurangi stunting dan kekerasan dalam rumah tangga.
Kegiatan Rembug Stunting bertujuan untuk harmonisasi program pemerintah pusat dan daerah dalam mendukung penurunan stunting. Selain itu, sebagai bahan masukan untuk perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program penurunan stunting.
“Rembug Stunting juga merumuskan kerangka intervensi yang harus dilakukan serta mendorong konvergensi antara Program Pentahelix dalam upaya penurunan stunting di Kabupaten Bojonegoro,”jelas Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bojonegoro, Anwar Murtadlo.
Isu stunting di Bojonegoro diangkat sebagai isu strategis dalam perencanaan daerah, sebagai bagian dari peningkatan kualitas SDM, pendidikan, kesehatan, dan pengurangan kemiskinan. Pemkab Bojonegoro telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung target nasional penurunan stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Dalam kegiatan tersebut, Dandim 0813 Letkol Arm Arif Yudho Purwanto menegaskan peran TNI dalam mendampingi dan mendukung penurunan stunting di wilayahnya. Sementara itu, perwakilan DPRD Kabupaten Bojonegoro, Donny Bayu Setiawan, menekankan pentingnya mencapai penurunan stunting bukan hanya sebagai target nasional, tetapi juga sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi generasi penerus bangsa dari stunting.
Kegiatan Rembug Stunting dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Bupati Bojonegoro, Dandim 0813 Letkol Arm Arif Yudho Purwanto, perwakilan DPRD Kabupaten Bojonegoro, Koordinator Program Satgas Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Jawa Timur, serta pihak lain seperti dunia usaha, perguruan tinggi, dan lembaga kemasyarakatan.(rin)