Jakarta – Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan udara yang menghancurkan lebih dari selusin target di Yaman pada Jumat (4/10/2024) lalu. Rentetan rudal tersebut menghantam sistem senjata, pangkalan militer, dan peralatan milik kelompok militan Houthi yang didukung Iran.
Serangan ini, menurut Pusat Komando AS (CENTCOM), bertujuan untuk mengamankan jalur pelayaran internasional di Laut Merah yang terganggu oleh aktivitas militan Houthi. Kelompok ini telah melakukan serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah sejak tahun lalu, sebagai bentuk solidaritas dengan Hamas.
“Langkah ini diambil untuk melindungi kebebasan navigasi dan menjaga keamanan perairan internasional bagi kapal-kapal AS, koalisi, dan komersial,” demikian pernyataan CENTCOM melalui media sosial.
Laporan dari Al-Masirah TV, yang dikelola Houthi, mengungkapkan bahwa setidaknya terjadi empat serangan di Sanaa, tujuh serangan di pelabuhan Hodeidah, dan satu serangan di kota Dhamar.
Sanaa sendiri, yang merupakan ibu kota Yaman, menjadi target ketika kelompok Houthi dan pendukungnya tengah mengadakan protes mingguan yang minggu ini menyoroti pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, oleh Israel.
Sementara itu, pejabat AS mengonfirmasi keterlibatan negaranya dalam serangan tersebut, namun Kementerian Pertahanan Inggris secara tegas membantah keterlibatan dalam serangan udara terbaru di Yaman ini.
Milisi Houthi, yang diklaim melakukan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, menjadi sorotan para diplomat internasional. Laut Merah merupakan jalur perdagangan penting yang menghubungkan Asia, Eropa, dan Timur Tengah, dan aksi milisi Houthi ini memaksa banyak kapal mengubah rute mereka demi menghindari serangan.
Hashem Sharaf al-Din, pejabat Houthi, menyebutkan bahwa serangan AS ini merupakan “upaya putus asa” untuk mengintimidasi rakyat Yaman.
Namun, serangan terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah telah memicu kecaman dari banyak pihak dan meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.(red)