Tuban – Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap program percepatan penurunan stunting di wilayah Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Jawa Timur II (Bakorwil II) Bojonegoro memasuki semester 1 tahun 2024.
Kegiatan monev ini bertujuan untuk memastikan bahwa program-program penanganan stunting berjalan efektif dan sesuai target nasional, yaitu menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban, Dra. Esti Surahmi, Apt., dalam monev yang digelar di Bakorwil II Bojonegoro pada Kamis (03/10/2024) kemarin, mengungkapkan bahwa evaluasi ini mencakup delapan kabupaten/kota di wilayah Bakorwil Bojonegoro, yaitu Tuban, Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Mojokerto.
Menurut Esti, evaluasi ini dilakukan berdasarkan rencana aksi yang sudah disusun dengan indikator-indikator jelas untuk memantau progres setiap wilayah.
Monev juga melibatkan tim percepatan penurunan stunting dari Provinsi Jawa Timur, termasuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), serta Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo).
“Kami berharap masing-masing daerah mampu melaksanakan pengukuran status gizi balita secara menyeluruh, sehingga langkah-langkah intervensi bisa diterapkan dengan tepat,” ujar Esti.
Selain evaluasi, monev ini juga menjadi ajang berbagi praktik terbaik dari masing-masing kabupaten/kota terkait inovasi program yang sudah berhasil diterapkan. Namun, di balik inovasi-inovasi tersebut, ada berbagai kendala yang masih harus diatasi, seperti rendahnya konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri, cakupan imunisasi dasar balita, dan pendampingan kesehatan reproduksi bagi calon pengantin.
Kabupaten Tuban sendiri menunjukkan kemajuan signifikan dalam menurunkan prevalensi stunting. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi stunting di Tuban turun 7,1 persen menjadi 17,8 persen dari angka 24,9 persen pada tahun 2022.
Meski demikian, Esti menyoroti adanya peningkatan prevalensi pada Agustus 2024 sebagai dampak dari intervensi serentak yang dilakukan di seluruh kabupaten/kota.
Intervensi serentak tersebut mencakup remaja putri, calon pengantin, ibu hamil, dan anak balita. Selain itu, dilakukan juga intervensi sensitif yang melibatkan perlindungan sosial serta penyediaan air minum dan sanitasi.
Sebagai upaya mengatasi kendala yang ada, Tuban menginisiasi program inovatif seperti Besti Tania (Remaja Sehat, Berprestasi Tanpa Anemia) untuk meningkatkan kesehatan remaja putri, serta program lain seperti Canting Besi (Cegah Stunting Atasi Sanitasi) dan Jamu Sehat Catin (Jenu Maju dan Sehat untuk Calon Pengantin).
Program-program ini diharapkan mampu mempercepat penurunan stunting di wilayah Tuban.
Monev tersebut dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Bapperida, Dinas Sosial, TP PKK, serta dinas-dinas terkait lainnya, yang berkomitmen untuk terus bersinergi dalam mencapai target nasional penurunan stunting.(fa)