Suaradesa.co – Sri Mulyati seorang kader kesehatan Desa Katur, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, telah lama mengenal betul karakter dan pola asuh warga di desanya. Bersama dengan 10 kader kesehatan lainnya, Sri aktif mengedukasi masyarakat melalui posyandu tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil dan balita, dengan fokus pada pencegahan stunting. Namun, tantangan besar masih dihadapi, terutama terkait dengan pemahaman masyarakat yang terbatas, ditambah dengan kondisi ekonomi dan pendidikan yang masih rendah.
Untuk itu, bantuan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sangat diperlukan. Salah satu langkah penting yang baru-baru ini diadakan adalah Focus Group Discussion (FGD) Pencegahan Stunting di Desa Katur pada 25 Februari 2025. FGD yang diselenggarakan oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan ISTeK ICsada Bojonegoro ini mengangkat tema “Cegah Stunting, Keluarga Peduli, Generasi Mandiri!”
Sri Mulyati menyambut baik kegiatan ini, yang menurutnya memberikan energi baru bagi para kader kesehatan untuk bergerak bersama dalam mengatasi stunting. “Diskusi semacam ini memberi kita energi baru, kita bergerak bersama,” ujarnya pada media, Sabtu (1/3/2025). Sri menilai FGD sangat penting untuk menyamakan persepsi tentang stunting, serta merumuskan strategi yang lebih efektif dan mendapatkan dukungan nyata dari berbagai pihak, termasuk pemerintah.
Camat Gayam, Palupi Hadi Ratih Dewanti, menyatakan bahwa kolaborasi antara berbagai pihak dalam FGD ini diharapkan mampu menurunkan angka stunting di wilayah tersebut. “Kami berkomitmen untuk mendukung setiap rekomendasi yang dihasilkan,” ungkapnya. Palupi juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif tentang peran keluarga dan lingkungan dalam memastikan tumbuh kembang anak yang optimal.
FGD ini merupakan bagian dari Program Aku Sehat 2025 yang diprakarsai oleh EMCL sebagai bentuk komitmen mereka dalam bidang kesehatan. Joni Wicaksono, perwakilan EMCL, menekankan bahwa stunting bukan masalah yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. “Butuh kolaborasi, komunikasi, dan koordinasi multi pihak sehingga bisa saling membantu,” ujar Joni. EMCL berharap, ke depan, tidak ada lagi balita stunting di Kabupaten Bojonegoro.
Kegiatan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk ibu-ibu PKK, kader kesehatan, bidan desa, Puskesmas, dan musyawarah pimpinan Kecamatan Gayam. Mereka berbagi pengalaman dan merumuskan strategi yang diharapkan dapat diterapkan di masyarakat. Melalui kolaborasi ini, diharapkan dapat tercapai penurunan angka stunting dan peningkatan status gizi anak, serta peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang juga menjadi faktor penting dalam mendukung tumbuh kembang anak yang sehat.
Dengan sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta, diharapkan masalah stunting di Kabupaten Bojonegoro bisa segera diatasi, menciptakan generasi yang lebih sehat dan mandiri. (red)