Kesehatan

5 Langkah Membangun Mental Tangguh Anak

×

5 Langkah Membangun Mental Tangguh Anak

Sebarkan artikel ini
5 Langkah Membangun Mental Tangguh Anak
5 Langkah Membangun Mental Tangguh Anak

Bojonegoro – Ketika anak memasuki dunia pendidikan, banyak orang tua merasa khawatir tentang kemampuan anak mereka dalam menyesuaikan diri di lingkungan baru, baik dari segi akademis, jumlah teman, maupun keterampilan sosial.

Ada satu hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengurangi kekhawatiran tersebut, yaitu melatih ketangguhan mental anak.

Anak-anak yang tangguh memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi, bangkit dari kegagalan, dan memaafkan diri sendiri setelah melakukan kesalahan.

Berikut lima langkah yang bisa diterapkan oleh orang tua untuk membentuk mental tangguh pada anak:

Membiarkan Anak Gagal

Dr. Ken Ginsburg, Profesor Pediatri di Children’s Hospital of Philadelphia, menyatakan bahwa membiarkan anak merasakan kegagalan adalah bagian penting dari proses belajar.

“Tugas orang tua adalah melindungi anak-anak, namun juga membiarkan mereka belajar dari kegagalan,” ungkap Dr. Ginsburg.

Dengan membiarkan anak mengalami kesulitan dan bangkit kembali, mereka akan lebih siap menghadapi tantangan hidup.

Membiarkan Anak Merasa Khawatir

Baca Juga :  Ini Tips Hindari HIV-AIDS dari Dinas Kesehatan Bojonegoro

Meskipun orang tua cenderung ingin menenangkan anak dengan mengatakan “jangan khawatir,” Taryn Marie Stejskal, pendiri Resilience Leadership Institute, menyarankan agar orang tua memberi ruang bagi anak untuk merasakan kekhawatiran.

“Ajarkan mereka cara mengatasi kecemasan dan berikan waktu untuk mereka mengkhawatirkan masalahnya. Setelah itu, ajak mereka melepaskan kekhawatiran tersebut,” jelas Stejskal.

Membantu Anak Memikirkan Skenario Terburuk dan Terbaik

Cara lain untuk mengatasi kekhawatiran anak adalah dengan meminta mereka membayangkan skenario terburuk dan terbaik dari situasi yang mereka hadapi.

Menurut Stejskal, ini akan membantu anak merasa lebih aman karena mereka akan menyadari bahwa skenario terburuk tidak seburuk yang diperkirakan. Sementara itu, skenario terbaik mengajarkan anak untuk tetap optimis terhadap hasil yang positif.

Menghargai Perkembangan Pribadi

Scott Mautz, mantan eksekutif senior Procter & Gamble, menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal untuk membangun kekuatan mental anak.

Orang tua sebaiknya mendorong anak untuk mengukur keberhasilan berdasarkan perkembangan pribadi mereka, bukan pada standar yang ditetapkan orang lain.

Baca Juga :  Pendamping Desa di Bojonegoro Bagikan Ribuan Masker Merah-Putih

“Dorong anak-anak untuk bertanya pada diri sendiri, ‘Apakah saya mencapai apa yang ingin saya lakukan?’ dan ‘Apakah saya menjadi versi yang lebih baik dari diri saya sendiri?’,” kata Mautz.

Fokus pada Proses, Bukan Hasil

Fokus pada hasil akhir bisa membuat anak merasa tertekan dan enggan mengambil risiko. Sebaliknya, fokus pada proses belajar dapat membantu anak menghargai upaya yang mereka lakukan, meskipun hasil akhirnya tidak sesuai harapan.

“Tanyakan kepada anak apa yang mereka pelajari atau apakah mereka menikmati proses tersebut. Ini akan membantu mereka memahami bahwa mencoba hal-hal baru memiliki nilai tersendiri,” ungkap Mautz.

Dengan melatih ketangguhan mental, anak akan lebih siap menghadapi tantangan sosial di sekolah dan kehidupan sehari-hari. Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter yang kuat, mandiri, dan berani pada anak-anak mereka. (fa)