Berita UtamaKabar Desa

Suhu Sekitar Lapangan Banyu Urip 41 Derajat, Ini Upaya Pemerintah

332
×

Suhu Sekitar Lapangan Banyu Urip 41 Derajat, Ini Upaya Pemerintah

Sebarkan artikel ini

Suaradesa.co (Gayam) – Pemanasan Global (Global Warming) menjadi sebuah tantangan bagi seluruh negara di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Oleh sebab itu, penghijauan harus ditingkatkan untuk menguranginya.

Sejak 10 tahun terakhir, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, juga menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami dampak adanya pemanasan global.

Dari data yang dihimpun suaradesa.co menyebutkan, pada Oktober 2011 suhu udara di Bojonegoro pernah mencapai hingga 43,8 derajat celsius. Ini melampaui suhu udara di Makkah, Arab Saudi, pada saat itu yang hanya memiliki suhu udara 40 derajat celsius.

Pada tahun 2018, diperkuat lagi oleh Tim peneliti Universitas Bojonegoro (Unigoro) yang menyatakan jika peningkatan suhu yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, disebabkan oleh perubahan iklim global dan minimnya vegetasi di beberapa wilayah.

Baca Juga :  EMCL Dukung Difabel Bojonegoro, Sukses Pamerkan Puluhan Karya Usaha

Pernyataan yang menyebutkan suhu panas karena industri minyak dan gas bumi (Migas), hal itu belum bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Karena, menurut tim tersebut, Bojonegoro mengalami peningkatan suhu sejak 2009 dan peningkatan suhu paling terlihat pada 2013.

Salah satu wilayah yang suhunya tinggi adalah Kecamatan Gayam. Pada alat pengukur suhu di aplikasi Smartphone menunjukkan angka 41 Derajat Celsius.

Hal itu diakui oleh Camat Gayam, Agus Hariana. Banyak upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi cuaca panas di sekitar pengeboran minyak dan gas bumi, Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu.

Baca Juga :  Hasil Seleksi PPPK 2024 Tahap 1 Mulai Diumumkan

“Kita bahkan sudah mengintruksikan seluruh Pemerintah Desa di Gayam untuk menanam pohon,” tukasnya.

Hanya saja, kendala yang dialami Pemdes adalah masih ada masyarakat yang kurang maksimal dalam merawat pertumbuhan pohon. Sehingga, ketika diberi bibit tidak tumbuh dengan baik bahkan kebanyakan mati.

“Kalau dari operator migas, ExxonMobil Cepu Limited sudah banyak membantu. Hanya saja masih belum bisa dirasakan manfaat pohonnya,” tandasnya.

Humas EMCL, Rexy Mawardijaya ungkapkan, jika pihaknya terus berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Bojonegoro dan SKK Migas terkait hal tersebut.

“Dan telah melakukan penanaman pohon sesuai dengan aturan yang berlaku tentang ruang terbuka hijau,” pungkasnya.(*rin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *