Suaradesa.co (Bojonegoro) – Perajin batu bata merah di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro ngebut memproduksi batu bata merah selama musim kemarau tahun ini. Cuaca yang cukup panas memudahkan para perajin untuk membakar dan menjemur batu bata merah di tepi Sungai Bengawan Solo.
Perajin batu bata merah banyak tersebar di sepanjang bantaran Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro. Salah satu sentra kerajinan batu bata merah yakni di Desa Kandangan Kecamatan Trucuk. Terlihat aktivitas perajin batu bata yang sedang mengambil tanah liat dari sungai bengawan solo dengan menggunakan desel guna bahan baku untuk membuat bata merah.
Kemudian tanah liat itu dituangkan ke dalam cetakan batu bata. Dan setelah ditaburi dengan bubuk sisa gergajian supaya tidak lengket, dituangkan kembali ke tanah dalam bentuk balok kecil berukuran 19×9 cm.
“Hampir setiap penduduk di sini menjadi pengrajin bata merah sebagai pekerjaan kedua selain bertani,” ungkap Kasmuji salah seorang pengrajin bata merah.
Dia mengaku sudah sejak lama menekuni usaha ini, dengan kondisi sekarang, perajin menggenjot untuk mencetak bata merah lebih banyak. Dalam dalam kondisi cuaca panas seperti saat ini, setiap perajin kini meningkatkan produksinya hingga 2000 bata merah per hari.
“Sebab jika musim penghujan para pengrajin sangat kesulitan dalam pembuatan bata merah ini, dan hanya bisa memproduksi 500-600 bata merah perharinya,” ungkapnya.
Rais pengrajian lain mengatakan, untuk kendalanya membuat bata merah ini adalah cuaca, jika hujan datang pembuatan bata merah ini menjadi terhambat.
“Kalau hujan lama menunggu keringnya tanah, sebab pembuatan bata merah memerlukan panas matahari, selain itu proses mengeringkan bata merah tidak bisa dengan cepat, karena masih harus dibakar terlebih dahulu, keluhnya.(sya)