Suaradesa.co (Boionegoro) – Harga cabai yang semakin mahal sekarang ini, menguntungkan petani.
Harga tersebut, diindikasi permainan dari tengkulak.
Harga cabai di pasar kota Bojonegoro, Jawa Timur, misalnya. Untuk cabe rawit melonjak dari awalnya Rp45.000/Kg kini naik hingga Rp101.000/Kg. Sementara Cabe rwait hijau dari semula Rp15.000/Kg naik Rp40.000/Kg.
Cabe keriting dan lompong dari semua Rp20.000/Kg naik hingga Rp45.000/Kg.
Mahalnya harga komoditas ini akibat naiknya harga cabai di tingkat petani yang berkisar Rp20.000 per kg. Padahal sebelumnya hanya Rp7000-10.000/Kg.
“Sekarang mahal karena suplainya kurang, kondisi ini berlangsung setiap akhir tahun,”kata Marni, salah satu pedagang di pasar tradisional (23/7/2019).
Menurut dia, selama setahun belakangan harga cabai di tingkat petani sangat murah, pernah mencapai Rp7000/kg. Sehingga, saat menjual kembali di masyarakat harga yang diberikan tidak terlalu tinggi.
Salah satu petani asal Desa Kalicilik, Kecamatan Sukosewu, Indro, mengaku, harga yang diberikan tengkulak pada petik ke 11 kali ini senilai Rp20.000/Kg untuk jenis cabai imola (lombok lompong).
“Sebelumnya hanya Rp7000 per kilogram,”ujarnya.
Saat disinggung harga cabai di tingkat pedagang melambung tinggi, Indro mengaku hal itu permainan para tengkulak. Karena, stok di tingkat petani masih aman.
“Kalau stok aman, dari 4000 an batang pohon, hasil petik kali ini bisa mencapai 80 Kg dengan laba Rp7 juta sampai Rp10 juta,”pungkasnya. (*Fa)