Suaradesa.co (Bojonegoro) – Hingga kini, ratusan produsen tahu masih gelisah dengan harga kedelai impor yang terus naik seperti sekarang ini Rp9.600/Kg.
Salah satu produsen tahu, Winarsih (35), mengatakan, jika sebelumnya harga kedelai impor hanya berkisar Rp 6.500/Kg.
“Takutnya sampai tembus Rp1000/Kg,” ujar ibu dua anak ini.
Warga Ledok Kulon ini menyebutkan, jika harga kedelai impor tidak segera turun, dampaknya tentu berimbas pada pekerjaan dan mata pencaharian.
” Rata-rata setiap hari kami membutuhkan kedelai sekitar 15 ton untuk membuat tahu,” imbuhnya.
Dia berharap ada subsidi kedelai murah dari pemerintah, sehingga usaha tahu tetap bisa berjalan.
Menanggapi hal itu, Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Sally Atyasasmi menyebutkan ada langkah jangka pendek dan jangka panjang yang akan segera dilakukan.
Langkah pendeknya, komisi B secepatnya membuat notulensi resmi ke Kementerian Perdagangan (Kemendag) sekaligus Kementerian Pertanian (Kementan) terkait tingginya harga kedelai impor.
Acuannya surat edaran (SE) dari Kementan yaotu kesepakatan para importer kedelai terkait kestabilan harga pada Januari lalu.
Kesepakatan menyebutkan bahwa harga pembelian kedelai impor di tingkat produsen tahu maupun tempe ialah Rp 8.500/Kg.
“Sudah ada SE dari Kementan bahwa harganya Rp 8.500 per kilogram kok ini naik terus,” tukasnya.
Pihaknya juga meminta Pemkab Bojonegoro menggelar pasar murah agar harga minyak goreng bisa stabil di angka Rp 9.000 per kilogram.
Jangka panjangnya, komisi B mendorong Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Bojonegoro membuat sentra penanaman kedelai. Guna memenuhi kebutuhan para produsen tahu dan tempe.(*Tya)
