Suaradesa.co (Bojonegoro) – Exxon Mobil Cepu Limited (EMCL) yang didukung SKK Migas menjalin kemitraan dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dan bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, untuk Program Biogas 2021 melaksanakan kegiatan monitoring bersama para pemangku kepentingan setempat (Kamis, 16 Desember 2021).
Program Biogas 2021 menargetkan pembangunan 100 instalasi biogas di enam kecamatan yaitu: Kecamatan Malo, Kecamatan Kasiman, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Sekar, Kecamatan Kapas dan Kecamatan Gondang.
Monitoring bersama yang dilaksanakan di Desa Sudah, Kecamatan Malo ini bertujuan untuk meninjau keberlangsungan pembangunan dan mendengar langsung pendapat para penerima manfaat Program Biogas 2021 khususnya di Desa Sudah, Kecamatan Malo. Kegiatan ini dihadiri oleh Maspriyadi selaku Sub. Bidang Perencanaan dan Pendanaan Bappeda Bojonegoro,
Mohammad Hanif selaku Seksi Konservasi Lingkungan dan Rehabilitasi Lahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro, Patekurrohman Kasi PMD Kecamatan Malo, dan Agus Muklison Kepala Desa Sudah beserta jajarannya. Kegiatan diawali dengan diskusi membahas Program Biogas 2021 dan pemetaan potensi pengembangan dan keberlanjutan program.
Perwakilan EMCL Rifqi Romadhon dalam kesempatan tersebut mengemukakan bahwa Program Biogas 2021 merupakan Program Pengembangan Masyarakat (PPM) yang didukung penuh oleh SKK Migas dan EMCL.
“Program ini adalah program pengembangan masyarakat yang didukung oleh SKK Migas dan EMCL. Tetapi pada pelaksanaannya kami juga berkomunikasi intens dengan Pemkab Bojonegoro karena program biogas ini juga menjadi salah satu prioritas program Pemkab,” Ujar Mas Rifqi panggilan akrabnya.
“Besar harapan kami, (biogas) ini nantinya dirawat dengan baik, karena suatu saat nanti baik Pemkab Bojonegoro maupun SKK Migas pasti ingin melihat bagaimana hasil dari program selama ini.” Lanjutnya.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi para penerima manfaat yang biogasnya sudah digunakan dan juga yang masih dalam proses pembangunan.
Dalam kunjungan tersebut salah satu penerima manfaat program mengungkapkan bahwa sejak menggunakan biogas keluarganya tidak perlu membeli elpiji lagi, dan kandangnya lebih bersih karena limbah kotoran ternak sapi miliknya dapat dikelola.
“Sekarang masak tidak perlu beli elpiji lagi. Kandang juga jadi lebih bersih karena kotoran sapinya kan jadi biogas, terus bio-slurry (ampas biogas) bisa untuk pupuk.” Tutur Pak Lantar, salah satu penerima manfaat program.
Sementara itu, Mohammad Hanif yang mewakili DLH juga mengemukakan bahwa program ini sangat mungkin untuk bersinergi dengan Program Kampung Iklim (ProKlim) yang dilaksanakan oleh DLH Bojonegoro. ProKlim merupakan program berlingkup nasional yang memadukan aksi adaptasi dan mitigasi terhadap adanya perubahan iklim dengan melibatkan peran serta masyarakat, pemerintah dan Lembaga.
“Melalui program biogas ini harapannya kita dapat bersinergi. Jadi EMCL juga bisa memajukan desa-desa binaan DLH dengan mensinergikan proklim dengan PPM-nya.” Tegas Hanif.
Agus Muklison Kepala Desa Sudah menambahkan bahwa salah satu cita-cita desa yang dibinanya adalah menjadikan desa ini sebagai desa yang mandiri secara energi, dan itu bisa dimulai dari program biogas ini. “Harapan kami pembangunan biogas di Desa Sudah ini semakin bertambah, dan niatan kami untuk menjadi desa energi terbarukan khususnya biogas bisa terwujud” ujarnya.
Di sesi akhir kegiatan monitoring bersama, Pusat Inkubasi Bisnis (PIB) Bojonegoro yang juga hadir dalam kegiatan ini juga menyampaikan bahwa potensi kerjasama di bidang pengelolaan bio-slurry. PIB Bojonegoro dalam tiga tahun terakhir giat mengembangkan bisnis bio-slurry terutama di Kecamatan Gayam. Dengan rencana terbangunnya 100 unit biogas baru di Bojonegoro ini diharapkan pengelolaan dan bisnis bio-slurry juga dapat berkembang jauh lebih pesat.(*Fa)