Suaradesa.co (Bojonegoro) – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meningkatkan kewaspadaan terhadap daerah yang berpotensi mengalami kekeringan. Hal ini lantaran musim kemarau kali ini diprediksi akan lebih kering dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli – Agustus 2021. Musim kemarau dapat menjadi ancaman bagi tanaman padi.
Sejumlah daerah yang mengalami kekeringan dan terancam puso atau gagal panen, antara lain Kecamatan Kepohbaru, Sumberrejo, Dander, Sugihwaras, Sukosewu dan desa di kecamatan lainnya.
“Tahun 2020 ada sekitar 2.926 hektare sawah yang dibiarkan “bero” atau kekeringan,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Helmi Elisabeth, Minggu (13/6/2021).
Untuk mengantisipasi turunnya produksi akibat kekeringan dan puso, pihaknya meminta kepada petani untuk swadaya dalam pengelolaan air.
“Seperti pemanfaatan pompa,” tukasnya.
Salah satu penyebab kekeringan di lahan-lahan pertanian adalah sistem pengairan air yang terhambat. Banyak embung dan sumber air yang kering.
Sejauh ini, untuk mendukung produksi pertanian pihaknya telah sukses melaksanakan pembangunan beberapa Jaringan Irigasi Desa (Jides), Jalan Usaha Tani (JUT) dan irigasi perpompaan, sumur bor, di beberapa titik lokasi areal persawahan desa.
“Tahun 2020, program JUT dan Jides di 12 kecamatan, program JUT di 12 kecamatan dan irigasi pompanisasi sumur bor sukses terealisasi di 10 kecamatan yang ada di Bojonegoro,”. pungkasnya.(*Rin)