Bojonegoro – Petani yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Rimba Tani binaan PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 bersama mitra pelaksana program melakukan panen perdana tanaman jagung di sekitar Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB).
Disaksikan oleh Administratur (ADM) Perhutani KPH Bojonegoro, panen jagung hasil metode tanam baru kali ini dilaksanakan di lahan kawasan hutan Petak 38, Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (28/06).
Jagung yang dipanen ini merupakan hasil dari pertanian yang menggunakan metode pengendalian hama terpadu yang diaplikasikan oleh KTH Rimba Tani di sekitar wilayah operasi PEPC yakni di Lapangan Gas JTB.
Metode ini sebelumnya dikenalkan kepada para petani melalui kegiatan Kursus Tani yang diadakan oleh PEPC bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat secara kontinyu.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Petani Hutan Jambaran-Tiung Biru yang masuk dalam lingkup Program Pengembangan Masyarakat (PPM) yang telah disetujui SKK Migas.
Dalam metode pengendalian hama terpadu ini ditekankan pada perilaku pertanian yang mengutamakan penggunaan bahan-bahan non kimia supaya menghasilkan tanaman dan panen yang optimal. Selain itu para petani juga diajarkan untuk memproduksi kompos sebagai bahan penyubur tanamannya.
Program Petani Hutan ini merupakan upaya untuk mengubah kebiasaan membakar sisa-sisa tanaman pasca panen yang dapat membahayakan lingkungan sekitar. Jika sisa tanaman tersebut tidak dibakar, dapat diproses oleh tanah secara alami sehingga menaikkan kualitas tanahnya.
Manager Communication Relations & CID PEPC Rahmat Drajat menyampaikan pesan kepada para petani agar dapat mengaplikasikan metode ini secara luas sehingga manfaat yang diperoleh juga akan lebih optimal.
Selain itu menurutnya program ini juga memiliki tujuan untuk kepentingan bersama dalam menjaga keselamatan dan keamanan di area Gas Processing Facility (GPF) khususnya terkait kebiasaan pembakaran semak saat kultivasi dan pasca panen.
“Mohon kerjasamanya untuk turut menjaga kondisi sekitar luar pagar Lapangan Gas JTB dengan tidak membakar sisa hasil tanam. Dengan tidak membakar sampah, selain tidak merusak lingkungan juga dapat secara ekonomis menjadi bahan kompos. Semoga kita semua sepakat untuk berbuat kebaikan untuk lingkungan kita yang lebih aman,” pesannya.
ADM Perhutani KPH Bojonegoro Juwanto mengapresiasi atas digelarnya program ini di wilayahnya. Program pendampingan petani seperti ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
Bersyukur pihaknya dapat bersinergi dengan PEPC sehingga dengan demikian dapat membantu meringankan beban para petani dalam hal pemenuhan kebutuhan produksi pertanian seperti penyubur tanaman.
“Harapan saya masyarakat sekitar turut mendukung program-program dari PEPC seperti bagian pemberdayaan ekonomi ini. Salah satunya melalui Program Petani Hutan JTB ini, dimana para petani bisa memproduksi kompos. Ini bagian dari edukasi kepada masyarakat untuk menyiasati kebutuhan petani dalam ketersediaan bahan pertanian penyubur tanaman,” terangnya.
Ditambahkan Juwanto, peran program ini cukup strategis karena para petani bisa menyiapkan ketersediaan penyubur tanaman dan meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya.
Terlebih di dalam kawasan hutan tidak ada alokasi pupuk subsidi bagi petani penggarap. Sementara petani membutuhkan pupuk untuk produksi, sehingga dengan memiliki kemampuan mengolah kompos para petani dapat memenuhi kebutuhan dasar untuk tanamannya.
“Terima kasih atas adanya program yang difasilitasi oleh PEPC dan pendampingan dari mitra program Yayasan ALAS. Bagaimana kompos produk KTH Rimba Tani ini dicari dan dibutuhkan oleh petani lainnya. Hal ini selain memberikan ruang bagi petani untuk mengembangkan pertaniannya juga sebagai bentuk kepedulian dan dukungan kami bagi masyarakat sekitar. Semoga keberhasilan program ini akan dapat meningkatkan pendapatan petani,” tambahnya.
Salah satu anggota KTH Rimba Tani Purwiwin mengaku puas dengan hasil panen yang dilaksanakan hari ini. Menurut Purwiwin, tanaman yang menggunakan metode pengendalian hama terpadu dimana proses pemupukannya mengandalkan kompas hasilnya lebih bagus dibanding dengan cara yang selama ini jamak dilakukan kelompoknya.
Hal ini terlihat secara jelas dari perbandingan tanaman jagung yang sama-sama ditanam dalam waktu yang sama namun masih menggunakan kimia dan pestisida sebagai bahan pengendalian hama.
“Dibandingkan dengan yang lama, cara baru ini lebih baik. Hal ini terbukti bila kita melihat hasil dari lahan di samping kita yang masih menggunakan garapan metode lama, bahkan ada yang tidak berbuah,” ungkapnya.
PPM dari PEPC JTB ini berfokus pada peningkatan kualitas pertanian yang awalnya memiliki ketergantungan terhadap produk kimia untuk bergeser ke pertaniannya yang lebih ramah lingkungan sehingga bisa berkelanjutan.
Dari hasil panen kali ini dapat disaksikan langsung ketahanan tanaman semakin meningkat. Program ini tidak hanya fokus pada bidang pertanian, namun juga memfasilitasi pembangunan ekonomi kerakyatan melalui pembentukan wadah koperasi para petani.
pendampingan menekankan pada inovasi usaha sektor riil seperti produksi kompos. Hingga kini kompos hasil produksi koperasi tani ini telah terserap ke beberapa wilayah lain diluar kelompok mereka. Diharapkan dengan program ini juga dapat menjaga keselamatan dan keamanan operasi hulu migas dalam upayanya memenuhi kebutuhan energi nasional. (rin/zen)