Bojonegoro – Kabupaten Bojonegoro, yang dikenal sebagai lumbung pangan di Jawa Timur, menghadapi tantangan serius akibat cuaca ekstrem sejak Agustus 2023.
Suhu yang melampaui 38 derajat Celsius telah berdampak signifikan pada sektor pertanian, mengakibatkan penurunan produktivitas dan munculnya hama serta penyakit tanaman.
Menghadapi situasi ini, Ademos dan Pertamina EP Cepu Zona 12 berkolaborasi untuk menggelar acara “Sinau Bareng Pertanian” dengan tujuan mendukung Bojonegoro dalam menghadapi perubahan iklim yang ekstrem, Minggu (29/10/2023).
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro juga turut mendukung upaya ini, dengan PJ Bupati Bojonegoro dan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian ikut serta dalam kegiatan Sinau Bareng.
Adriyanto, PJ Bupati Bojonegoro, mengungkapkan, bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mencoba melakukan kajian intens terkait pertanian di Bojonegoro.
Acara Sinau Bareng Pertanian ini juga dihadiri oleh sejumlah akademisi dari Universitas Brawijaya, termasuk Rektor Universitas Brawijaya, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, dan Dosen Senior Departemen Sosial Ekonomi Universitas Brawijaya.
Mereka berbagi pengalaman dan solusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Bojonegoro.
Hery Thoiba, Dosen Senior Departemen Sosial Ekonomi Universitas Brawijaya, menjelaskan, sebagai solusi awal bisa dimulai dari pembuatan peta kesesuaian lahan.
“Jangan sampai kita menanam sesuatu yang sebenarnya tidak cocok,”tegasnya.
Sinau Bareng ini menciptakan kesempatan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, perusahaan, dan komunitas untuk merumuskan strategi pertanian yang berkelanjutan di Bojonegoro.
Agung Yunito Yahya dari Pertamina EP Cepu Zona 12 menyatakan dukungan perusahaan terhadap program ini.
“Kami selalu mendukung kerjasama baik ini,”tandasnya.
Para narasumber Sinau Bareng menekankan pentingnya memulai diskusi dari tingkat komunitas, karena komunitas dianggap sebagai pemangkas kurva pembelajaran yang efisien.
Dukungan yang diberikan oleh Ademos dan Pertamina EP Cepu Zona 12 dalam acara ini sangat diapresiasi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu peserta diskusi asal Desa Kedewan.
Ahmad Shodiurrosyad, pemantik diskusi Sinau Bareng Pertanian, berencana untuk mengumpulkan saran dan masalah yang dihadapi peserta dan berharap bahwa acara ini akan meningkatkan produktivitas pertanian serta memberikan wawasan tentang perubahan iklim dan dampaknya pada sektor pertanian.
“Upaya bersama ini membuktikan komitmen untuk menjadikan Bojonegoro sebagai lumbung pangan yang kuat, bahkan di tengah tantangan iklim yang ekstrem,”pungkasnya. (fa/rin)