Bojonegoro – Pengusaha tembakau cerutu dari Bojonegoro, Slamet Hariyadi, saat ini mengalami lonjakan pesanan dari pabrikan di tengah musim tembakau yang menguntungkan.
Harga cerutu kering mencapai Rp 37.000 per kilogram, menarik perhatian pabrikan dari luar daerah, termasuk Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Teguh Haryono, calon Bupati Bojonegoro nomor urut satu, mengungkapkan pentingnya membangun agroindustri di desa untuk mengoptimalkan potensi ekonomi daerah.
Dalam visinya, ia berencana mengembangkan agroindustri di setiap wilayah, yang akan membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan ekonomi masyarakat desa. Dengan demikian, diharapkan desa-desa di Bojonegoro dapat menjadi lebih mandiri.
“Agroindustri memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, serta menyediakan peralatan dan jasa yang diperlukan,” jelas Teguh.
Ia menekankan bahwa daerah yang kaya akan potensi pertanian, seperti Bojonegoro selatan, sangat cocok untuk memiliki industri cerutu sendiri.
Teguh optimis bahwa dengan dukungan program Bojonegoro Inovatif, daerah ini dapat memiliki pabrik cerutu. “Saat ini, kita hanya menjual cerutu kering. Jika kita bisa memproduksi sendiri, nilai jualnya akan jauh lebih tinggi,” tuturnya.
Data pasar menunjukkan potensi pertumbuhan signifikan untuk industri cerutu global, dengan proyeksi pendapatan mencapai US$23,4 miliar pada tahun 2024 dan volume pasar yang diperkirakan mencapai 46,2 miliar buah pada tahun 2029.
Dengan pertumbuhan tahunan diproyeksikan sebesar 4,12%, peluang untuk mengembangkan agroindustri cerutu di Bojonegoro sangat menjanjikan.
Teguh menambahkan, pengembangan agroindustri tidak hanya akan meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperkuat daya saing Bojonegoro sebagai pusat industri dan energi di Jawa Timur. (red/adv)