Bojonegoro – Dalam dua tahun terakhir, beberapa petani peserta Sekolah Lapangan Pertanian yang didampingi oleh Yayasan Daun Bendera Nusantara (FIELD Indonesia) telah menguji coba metode penanaman padi tanpa olah tanah dengan mulsa jerami.
Metode ini diperkenalkan oleh Engkus Kuswara dalam acara Kenduri Tani yang diadakan pada 19 Oktober 2023.
Di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Latif (40) telah mencoba metode ini di lahannya.
Untuk tujuan uji coba, ia menggunakan dua metode: tanpa olah tanah dan metode kebiasaan. Dalam hal pertumbuhan, metode tanpa olah tanah menunjukkan hasil yang lebih cepat.
“Bisa dilihat kan mbak perbedaan tumbuhnya, yang di lahan tanpa olah tanah padinya sudah mbrobot, sedangkan yang pakai metode biasa padinya belum mbrobot,” terangnya.
Latif menjelaskan tahapan budidaya tanaman padi tanpa olah tanah. Pertama, dibuat guletan selebar 1 meter dengan panjang sesuai lahan.
Guletan ini kemudian ditutup dengan jerami kering setebal 20 cm, yang bisa disemprot dengan dekomposer atau bahan lainnya untuk menambah nutrisi. Jerami ini berfungsi sebagai mulsa untuk mengurangi pertumbuhan rumput.
Di dalam guletan, dibuat empat lubang tanam, dengan satu bibit padi per lubang. Penting untuk tidak menginjak tanah guletan saat menanam.
“Memang agak susah saat menanam karena harus menyibak jerami kemudian menutup kembali,” tambah pria ulet ini.
Melihat pertumbuhan dan hasil yang baik, Latif berencana menerapkan metode ini pada seluruh lahannya musim tanam berikutnya.
Di Desa Brabowan, Kecamatan Gayam, Lasmidi (45), juga mencoba metode ini di sawah tadah hujannya yang penuh retakan karena kekeringan lebih dari satu bulan.
Seperti Latif, ia menggunakan dua metode untuk perbandingan. Hasilnya, batang padi dengan metode tanpa olah tanah tampak lebih besar dan seragam, dengan pertumbuhan malai padi yang lebih cepat dan seragam.
Sedangkan pada metode kebiasaan, batang padi tidak seragam dan pertumbuhan malai tidak merata. Karena padi di lahan Lasmidi belum siap dipanen, belum ada perbandingan hasil panen dari kedua metode.
Penjelasan lebih lanjut mengenai metode ini disampaikan oleh Heroe Prasetyo.
“Dengan metode tutup jerami ini, nutrisi yang ada pada jerami bisa kembali ke tanah secara alami,” jelasnya.
Jerami yang sudah hancur bisa menetralkan keasaman tanah dan mengandung silika tinggi, yang baik untuk pertumbuhan tanaman.
Dari hasil ubinan saat panen di lahan Latif, gabah dengan metode tanpa olah tanah mencapai 8,1 ton/ha, sedangkan metode kebiasaan hanya 6,6 ton/ha.
Data ini membuktikan bahwa metode tanpa olah tanah dengan tutup jerami dapat meningkatkan produktivitas padi dan kesejahteraan petani.
Harapannya, para petani di Bojonegoro dapat mengadaptasi metode ini.(rin/zen)