Bojonegoro – Pada Tahun 2022, Perekonomian Kabupaten Bojonegoro telah mencatat capaian signifikan dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp 100.492,89 miliar, meskipun diukur atas dasar harga berlaku.
Namun, sorotan utama jatuh pada PDRB atas dasar harga konstan yang mencapai Rp 61.782,87 miliar.
Menurut Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Anwar Murtadho, kabupaten ini menonjolkan dominasi sektor pertambangan dan penggalian, yang menyumbang lebih dari 50% pada PDRB.
“Dalam menghadapi proyeksi penurunan produksi migas di masa mendatang, Kabupaten Bojonegoro menghadapi tantangan serius untuk mengurangi ketergantungan pada sektor tersebut,”tegasnya kepada suaradesa.co, Jumat (22/12/2023).
Murtadho menekankan perlunya diversifikasi ekonomi dengan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain, seperti pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.
Pertanian diharapkan tidak hanya mengikuti pola konvensional, tetapi beralih ke pendekatan agroindustri modern.
Upaya ini mencakup sistem tunda jual, pendirian pusat penelitian pertanian, dan optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di sektor pangan.
Langkah-langkah strategis telah diambil, seperti melalui Pusat Pelayanan Modal (PPM) yang bertujuan meningkatkan kontribusi pertanian dari hulu hingga hilir.
“Sektor perdagangan dan industri pengolahan juga mendapat perhatian serius melalui bantuan permodalan dari KPP dan pelatihan digitalisasi pemasaran, dengan tujuan meningkatkan kontribusi ekonomi lokal melalui Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),”ungkapnya.
Bojonegoro dengan tegas menatap masa depannya dengan menghadirkan solusi inovatif dan langkah-langkah progresif untuk memperkuat fondasi ekonominya, merespon perubahan global, dan memastikan keberlanjutan pertumbuhan yang inklusif.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro Kiki Ferdiana mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro non migas pertumbuhan ekonomi Bojonegoro 2022 tumbuh positif sebesar 6,04 persen, naik dibandingkan pertumbuhan tahun 2021 sebesar 3,55 persen.
Bahkan, katanya, pertumbuhan ekonomi Bojonegoro di atas pertumbuhan Provinsi Jawa Timur sebesar 5,34 persen.
“Akan tetapi angka itu jika tanpa migas, karena migas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan menambah APBD Bojonegoro dari dana bagi hasil (DBH) migas,”pungkasnya.(rin/zen)









