Suaradesa.co (Bojonegoro) – Sebanyak 917 Kepala Keluarga (KK) di Desa Kedaton, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro mayoritas menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih mereka.
Desa Kedaton dinilai tidak pernah mengalami kekeringan saat musim kemarau.
Meskipun demikian, banyak juga warga yang memanfaatkan Himpunan Pemakai Air Minum (HIPAM).
HIPAM Desa Kedaton sudah berdiri sejak tahun 2014 yang merupakan hasil dari kerjasama dengan Dinas Perumahan, Kawasan, Permukiman dan Cipta Karya (DPKP Cipta Karya).
Saat ini HIPAM tersebut sudah menyalurkan sebanyak 40SR yang berada di RT 1 Desa Kedaton.
Biaya yang harus dikeluarkan ialah Rp1.500 rupiah per meter kubik dan harus dibayarkan setiap akhir bulan. Tetapi pemerintah desa tidak menarik biaya untuk fasilitas umum yang tersambung HIPAM seperti masjid, sekolah dan lainnya.
Walaupun sudah tergolong cukup murah, namun banyak warga yang sering menunda pembayaran sehingga pemerintah desa harus mengambil tindakan tegas.
“Saya sering ngomong ke warga yang telat bayar, kalau tidak bayar saya putus sambungannya,” kata kepala Desa Kedaton, Suntiyono, Selasa (18/5/2021).
Kepala desa menegaskan bahwa biaya yang ditarik terkait HIPAM adalah biaya untuk jangka panjang demi keberlangsungan HIPAM itu sendiri. Imbasnya tentu akan berpengaruh juga kepada pemakai.
“Biaya HIPAM kan juga untuk operasional dan perawatan HIPAM itu sendiri. Kalau sampai rusak nanti pemakai juga akan kesusahan dan untuk perbaikannya juga pasti memerlukan biaya yang lebih besar,” tukas kepala desa.(*Tya)