Suaradesa.co (Bojonegoro) – Kreatifitas ditunjukkan oleh warga Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam membudidayakan jamur dari bonggol jagung.
Berkat ketekunan belajar dari dunia maya, Heti Susanti (28), warga RT 02 RW 01 Desa Begadon, memproduksi jamur bonggol jagung. Usaha tersebut dilakukan di sela kesibukannya mengurus rumah tangga.
“Membuatnya sangat mudah dan tidak mengganggu aktivitas saya sehari-hari menjadi ibu rumah tangga,” ujarnya, Jumat (22/5/2020).
Untuk membuatnya, pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan bonggol jagung. Limbah pertanian yang biasanya di buang begitu saja- diratakan di atas terpal plastik, dan kemudian ditaburi katul (dedak) dan urea.
Selanjutnya diberi ragi yang merupakan zat yang menyebabkan fermentasi yang sudah dimasukkan dalam air dan kemudian disiramkan. Proses terakhir bonggol jagung ditutup rapat dengan terpal sekitar 10 hari.
“Setelah itu dibuka jamur sudah tumbuh dan bisa dipanen,” tandasnya.
Dia mengaku belajar budidaya jamur bonggol jagung dari Youtube karena iseng atau coba-coba. Saat itu masa panen jagung di desanya dan melihat bonggol jagung dibuang begitu saja.
Namun seiring berjalannya waktu ternyata banyak tetangga sekitar rumah yang berminat. Kemudian Heti memperbanyak produksi jamur bonggol jagung. Apalagi bahan bakunya cukup mudah di dapat dari lingkungan sekitar.
Heti, yang memiliki satu orang anak, sekarang mampu menjual jamur bonggol jagung sebanyak 2 Kilogram sampai 3 Kg setiap hari. Tergantung baik tidaknya pertumbuhan jamur.
Masa panen jamur bonggol jagung bisa sampai 20 hari. Setiap tiga karung bonggol jagung bisa menghasilkan jamur 2 Kilogram (Kg). Satu kilogram jamur bonggol jagung dijual dengan harga Rp30.000.
“Lumayan bisa menambah penghasilan keluarga,” ucapnya.
Rasa jamur bonggol jagung tidak jauh beda dengan jamur sekam padi. Empuk-tidak alot-seperti jamur lainnya. Banyak warga sekitar yang datang untuk membeli.
“Enak rasanya. Kalau saya cocoknya dioseng (tumis) atau dibothok,” lanjutnya.
Untuk melayani tetangga sekitar, Heti mengaku kewalahan karena masih terbatasnya tenaga. Tapi tidak jarang produksi jamurnya diborong salah satu warga di Kecamatan Kalitidu untuk dijual lagi.
Heni berharap kedepan bisa mengembangkan usahanya. Bukan sekadar memproduksi jamur bonggol jagung, tapi bisa mengolahnya menjadi ekonomi produktif seperti camilan.
“Harapannya, ada pelatihan sehingga dapat membuka peluang kerja bagi warga sekitar,” pungkasnya. (Wedia/*)