SuaraDesa.co (Sekar) – Tanaman porang kini kian familiar di kalangan warga Bojonegoro, khususnya bagian selatan. Tumbuhan yang bernama latin Amorphophallus muelleri ini kini banyak diminati dan dibudidayakan oleh warga sebab bernilai jual tinggi.
Diketahui, tanaman itu biasa ditanam di lahan perhutani yang tanahnya subur. Di Bojonegoro sendiri tanaman yang mirip ubi ini banyak ditanam di hutan wilayah Krondonan, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Sekar.
Menurut Adi, salah seorang warga Desa Sekar menjelaskan bibit porang yang ukuran kecil sekira 1 kilogram (kg) dibandrol sekitar Rp350 ribu dengan isi bibit porang rata-rata 150 biji.
“Itu untuk ukuran biji porang sedang. Kalau ukuran kecil bisa mencapai 400 biji,” ujar Adi, Minggu (22/11/2020).
Porang pertama kali ditanam dan bisa panen sekitar umur 3 tahun. Kemudian, setelah itu bisa panen setiap tahun tanpa harus menanam lagi.
Porang-porang yang semula ubi kecil yang ditanam itu, setelah 3 tahun biasanya bisa menjadi 2-3 kilogram saat dipanen. Harga porang hasil panen (basah) perkilo mulai Rp9 ribu sampai Rp17 ribu. Sedangkan harga porang yang sudah dibelah tipis-tipis dan kering harganya mencapai Rp50 ribu hingga Rp65 ribu perkilo.
Jadi jika dihitung, jika bibit 1 kg berisi sekitar 150 ubi dan ditanam sekuai kelipatanya bisa tiga kali. Berarti saat panen bisa menghasilkan 450 kg.
Warga lain yang mencoba membudidayakan porang adalah Whan Laba. Ia sengaja membudi daya porang karena tidak membutuhkan perawatan yang ekstra. (ror)