Bojonegoro – Sabtu malam, Cafe Joglo Delik dipenuhi oleh para relawan dan masyarakat Bojonegoro yang bersemangat mengikuti acara “Ngopi” (Ngobrol apik-apik) bersama calon Bupati Bojonegoro nomor urut satu, Teguh Haryono, dan calon wakilnya, Farida Hidayati. Acara yang berlangsung hangat ini menjadi ajang diskusi terbuka untuk membahas berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat Bojonegoro, baik di masa kini maupun masa depan.
Teguh Haryono, yang juga dikenal sebagai seorang pakar ketahanan budaya, tampil sebagai pembicara utama. Ia menegaskan bahwa tujuan utama pertemuan tersebut adalah untuk merancang masa depan Bojonegoro yang lebih maju di berbagai sektor. Salah satu fokusnya adalah membangun industri-industri baru di desa-desa untuk mendukung ekonomi masyarakat.
“Saya bercita-cita ingin menyiapkan dan membangun industri di beberapa wilayah Bojonegoro untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Selain itu, kami juga akan membangun infrastruktur digital yang memadai agar masyarakat bisa lebih kreatif dan memanfaatkan teknologi, terutama untuk promosi produk lokal,” ujar Teguh Haryono dengan penuh optimisme.
Ia mencontohkan, dengan fasilitas digital yang mumpuni, masyarakat dapat lebih mudah memasarkan produk-produk lokal yang unik dan unggul.
Teguh juga memperkenalkan tujuh program unggulan yang telah ia siapkan untuk mempercepat pembangunan Bojonegoro. Salah satu program utama adalah inkubasi bisnis bagi UMKM, terutama yang bergerak di bidang teknologi dan ekonomi kreatif.
Melalui program ini, ia berharap UMKM di Bojonegoro dapat bersaing di pasar nasional bahkan internasional melalui proses digitalisasi.
Selain Teguh, hadir pula Prof. Dr. Muslih, seorang Dosen Program Studi Doktor Hukum Islam Fakutas Ilmu Agama Islam UII Yogyakarta yang turut berbagi pandangannya tentang Bojonegoro ke depan.
Prof. Muslih, yang berasal dari Desa Sarirejo, Kecamatan Balen, Bojonegoro, mengingatkan bahwa masyarakat Bojonegoro memiliki potensi luar biasa yang perlu terus didorong.
“Orang Bojonegoro itu luar biasa, dan Bojonegoro harus dibawa ke mana-mana. Kita harus mengembalikan citra Bojonegoro agar bisa bersaing dengan daerah lain,” ujar Prof. Muslih, menyampaikan pandangannya.
Ia menekankan pentingnya kepemimpinan yang kuat untuk membuat terobosan-terobosan yang diperlukan dalam menghadapi globalisasi.
Menurut Prof. Muslih, pemimpin Bojonegoro yang baru harus memikirkan kemaslahatan umat serta mendorong hasil karya lokal yang memiliki keunikan dan daya tarik agar mampu bersaing dengan produk-produk luar.
Acara diskusi malam itu menjadi bukti bahwa keterbukaan dan dialog antara pemimpin dan masyarakat adalah kunci untuk menemukan solusi terbaik bagi kemajuan Bojonegoro di masa mendatang.(red)