Suaradesa.co (Bojonegoro) – Tempe dan tahu merupakan makanan yang menjadi lauk wajib bagi masyarakat Indonesia.
Selain harganya yang murah, tempe dan tahu juga memiliki banyak kandungan yang diperlukan tubuh.
Di Desa Kabunan, Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro sebanyak kurang lebih 100 warganya memproduksi tahu dan tempe.
Kepala Desa Kabunan, Yahya mengaku bahwa produksi tempe dan tahu warganya sudah dikenal ke berbagai kota seperti Lamongan, Tuban dan Surabaya.
Untuk mendukung usaha warganya, pemerintah desa akan mengembangkan pertanian kedelai melalui BUMDes dan berusaha sebisa mungkin untuk membranding produksi tahu dan tempe di desanya agar lebih dikenal dan memperluas pasar.
“Selama ini bahan baku masih dibeli dari pasar, nantinya kami melalui BUMDes akan mengembangkan pertanian kedelai,” ujarnya pada suaradesa.co, Rabu (2/6/2021).
Selain itu, untuk branding produk kurangnya antusias warga menjadi kendala utama.
“Karena warga berpikir, tanpa merk saja sudah laku, jadi tidak mau berinovasi lagi,” imbuhnya.
Walaupun Kades sudah meyakinkan bahwa akan menanggung segala bentuk biaya yang akan ditimbulkan jika produknya dibranding, warga tetap bersikukuh menolak karena alasan pangsa pasar.
Kepala desa menambahkan jika branding semata – mata untuk keuntungan jangka panjang. Karena menurutnya jika produk sudah bermerk, bisa menjadi ikon Desa Kabunan juga.
“Di desa sering ada pelatihan untuk branding dan sebagainya. Tapi mungkin karena warga merasa dirinya lebih berpengalaman jadi ya tidak terlalu dipikirkan,” kata kepala desa.
Salah satu produsen tahu, Sukardi (48) menyampaikan bahwa jika selama ini produknya sudah laku keras di Pasar Babat.
Baginya, merk akan menambah harga jual dan menyebabkan langganannya hilang.
“Nanti takutnya pelanggan hilang karena harga naik,” pungkasnya.(*Tya)