Suaradesa.co (Bojonegoro) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Jawa-Bali-Nusa Tenggara (Jabanusa) menggelar Pelatihan Jurnalistik secara Webinar.
Webinar digelar selama lima kali pertemuan pada Kamis (27/8/2020) hingga Desember 2020 mendatang. Untuk materi yang pertama kali dibahas adalah Pelatihan dan Praktek Penulisan Berita Features atau Indepth.
Acara ini diikuti 70 peserta ini menghadirkan narasumber yang berkompeten, yaitu Dr. Nanang Krisdinanto, M.Si, seorang pakar Komunikasi di UKWM Surabaya.
Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa, Nurwahidi, mengungkapkan, ingin terus menjalin komunikasi dan kordinasi dengan para jurnalis yang selama ini telah terbentuk dengan sangat baik.
“Kami menginginkan jalinan komunikasi yang dilakukan oleh SKK Migas dengan para awak media ini tetap dan terus berjalan harmonis,” tukasnya.
Sementara itu, dalam materinya, Nanang Krisdinanto mengatakan, teknis dalam pengelolaan data yang kemudian dikelola menjadi sebuah cerita yang menarik.
“Kalau mau media kita maju, jangan takut tidak ada yang membacanya. Karena features menjadi salah satu skill dalam menulis,” ujarnya.
Membuat sebuah features yang menarik ada banyak cara, namun bagaimana agar penulis ini mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan mudah dipahami oleh para pembaca.
“Pertama, gali dari objek liputan melalui pandangan, suara, rasa, bau dan perasaan. Kemudian tulislah tanpa menggunakan kata melihat, mendengar, membaui atau merasa,” terang Nanang.
Dalam sebuah features dilarang menggunakan kata sifat, seperti ‘Perempuan itu menggigil’ tetapi penulisan yang benar adalah ‘Bibir perempuan itu membiru dan tubuhnya menggigil’.
“Hal itu dilakukan, guna menggambarkan kondisi objek yang akan ditulis,” tukasnya.
Membuat features, harus menggunakan kata yang spesifik dan tidak umum, seperti halnya ‘Ada seekor burung diluar ruangan’ dan yang lebih tepat adalah ‘Seekor burung merpati hinggap di atas besi hotel’.
“Hal tersebut dimaksudkan, agar apa yang kita tulis tidak menimbulkan kebingungan dan pertanyaan lagi dari para pembaca,” lanjutnya.
Lalu, jangan menggunakan kata yang abstrak agar lebih jelas serta menjelaskan bahwa dalam penulisan kutipan, harus dibiarkan secara jelas dan tidak boleh dipotong agar bisa menggambarkan dirinya sendiri.
Webinar yang dipandu oleh Imam Dwi Meinara ini mendapatkan banyak tanggapan dan pertanyaan dari peserta. Salah satunya Sasmito, dari media online SuaraBojonegoro.com yang merasa masyarakat sekarang jenuh dengan tulisan yang panjang.
“Masyarakat sekarang ini lebih tertarik pada straight news,” ungkapnya.
Pendapat lain berbeda lagi, Subhan, dari Radar Blora, mengungkap, jika kecanggihan teknologi sekarang ini membuat jurnalis enggan turun lapangan.
“Kebanyakan, wawancara lewat telepon dan itu menjadi kendala karena features membutuhkan banyak data,” tegasnya.(*rin)