Bojonegoro – Pelanggaran yang dilakukan oleh pasangan calon (paslon) nomor 02 saat acara pemilu damai di Stadion Letjen H Soedirman Jumat (4/10/2024) lalu mengundang sorotan tajam.
Paslon tersebut terlihat membawa massa dan menggunakan atribut resmi, meskipun telah ada kesepakatan untuk menjaga ketertiban.
Ketua Bawaslu Bojonegoro, Handoko Sosro Hadi Wijoyo, menyatakan bahwa paslon lain telah mematuhi kesepakatan yang dibuat bersama.
“Kami sudah mengingatkan semua paslon untuk tidak membawa massa. Kegiatan ini bertema damai, dan kehadiran massa justru bertentangan dengan prinsip tersebut,” tegas Handoko, Minggu (6/10/2024).
Menanggapi tuduhan ini, Sekretaris Tim Penangan Paslon 02, Supriyanto, mencoba membela diri dengan menyatakan bahwa mereka hanya membawa 75 orang dengan atribut yang disediakan oleh Bawaslu.
“Kami adalah peserta resmi yang diundang,” elaknya.
Namun, pernyataan tersebut tidak mampu meredakan kritik dari masyarakat.
Warga Bojonegoro pun angkat bicara. Banyak yang menyayangkan tindakan paslon 02 dan menyerukan agar pemilih lebih cerdas dalam memilih calon.
“Kita harus memilih paslon yang minim pelanggaran. Jangan sampai kita terjebak pada janji-janji yang tidak dibuktikan dengan tindakan,” kata Wati, seorang warga setempat.
“Kalau mereka sudah melanggar kesepakatan sejak awal, bagaimana kita bisa percaya mereka akan menjalankan tugasnya dengan baik nanti?,” tambahnya.
Sementara Joko Susilo, seorang pemilih yang aktif berpartisipasi dalam pemilu, membutuhkan pemimpin yang bisa menunjukkan integritas dan menghormati kesepakatan.
“Mari kita semua cerdas dalam memilih, demi masa depan Bojonegoro yang lebih baik, ” tegasnya.
Pelanggaran yang dilakukan paslon 02 tidak hanya merusak suasana pemilu damai, tetapi juga menjadi tanda tanya bagi masyarakat tentang komitmen mereka dalam menjalankan amanah jika terpilih.
Warga berharap, ke depan, pemilih dapat lebih bijak dan teliti dalam memilih pemimpin yang tepat, demi kemajuan daerah.(rin)