Suaradesa.co (Bojonegoro ) – Muharram merupakan satu bulan yang menjadi pembuka dalam sistem kalender Hijriyah. Rasulullah Muhammad SAW menyebut bulan Muharram sebagai Syahrullah (bulan Allah). Karena itu, bulan Muharram memiliki keutamaan tersendiri.
Sebelum datangnya syiar Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW, bulan ini disebut dengan Shafar Al Awwal.
Dilansir dari laman NU, Nama Muharram secara bahasa dapat diartikan sebagai bulan yang diharamkan. Yaitu bulan yang di dalamnya orang-orang Arab diharamkan dilarang (diharamkan) melakukan peperangan.
Orang arab jaman dulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya shafar, diperbolehkan melakukan peperangan.
Nama shafar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi dikarenakan tradisi orang arab yang pada keluar untuk berperang atau untuk bepergian pada bulan tersebut.
Bulan Muharram dalam tradisi Islam memiliki makna yang dalam dan sejarah yang panjang. Diantara kelebihan bulam Muharram terletak pada hari ‘asyura’ atau hari kesepuluh pada bulan Muharram.
Sebab, hari ‘asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (qiyamat).
Selain itu, pada ‘asyura’ pula Allah mencipta Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Pada hari ‘asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa as. ke atas langit. Dan pada hari ‘asyura’ itulah Nabi Nuh as. turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang.