Berita Utama

LSM Angling Dharma Sesalkan Penamaan ‘Samin Baitul Muttaqin’, Warga Bojonegoro Ikut Protes

×

LSM Angling Dharma Sesalkan Penamaan ‘Samin Baitul Muttaqin’, Warga Bojonegoro Ikut Protes

Sebarkan artikel ini

Bojonegoro – Polemik perubahan nama masjid di Kecamatan Margomulyo terus melebar. Penamaan baru Samin Baitul Muttaqin menuai keberatan dari berbagai pihak, mulai dari lembaga masyarakat hingga warga setempat.

LSM Angling Dharma menjadi salah satu pihak yang paling vokal menyuarakan penolakan.

Ketua LSM Angling Dharma, M. Nasir, menilai perubahan nama ini dilakukan tanpa kajian matang. Ia menyebut penggunaan nama “Samin” tidak selaras dengan identitas masjid.

“Nama Samin itu lebih melekat pada ajaran dan filosofi lokal, bukan pada unsur keislaman. Masjid ya seharusnya punya nama yang jelas menunjukkan identitasnya,” ujarnya.

Nasir juga mengingatkan bahwa pembangunan masjid tersebut dilakukan pada era Bupati 2018–2023, Anna Muawanah.

Menurutnya, langkah mengganti nama tanpa mempertimbangkan sejarah pembangunan justru menimbulkan kesan tidak menghormati pemimpin sebelumnya.

“Pemimpin itu harus bisa menghormati pemimpin yang dulu, terlepas suka atau tidak suka. Kita hidup di tanah Jawa, ada tata krama. Mikul dhuwur, mendhem jero. Semua pemimpin pasti punya kekurangan, jangan sok benar dan sok bersih. Waktu nanti yang akan mengadili,” tegasnya.

Selain soal nama, Nasir juga menyoroti aspek estetika. Pemasangan tulisan nama baru dinilai buruk dan merusak tampilan kubah masjid.

Warga Margomulyo Mendesak Nama Lama Dikembalikan

Keberatan juga muncul dari warga Margomulyo. Mereka menilai perubahan nama dilakukan sepihak dan tidak melalui musyawarah dengan masyarakat.

“Nama lama itu sudah melekat dengan kegiatan kami. Kenapa harus diganti? Kami minta dikembalikan seperti semula,” kata Sulaiman, warga setempat.

Warga lain, Rafi, mengatakan penamaan baru justru membuat banyak jamaah bingung.

“Nama Samin itu kan biasanya terkait sejarah lokal. Kalau dipakai untuk masjid, jadi terasa janggal,” ujarnya.

Ada pula keluhan soal kualitas pemasangan papan nama yang dianggap buruk

“Pemasangannya jelek, nutupi bagian kubah. Masjid malah kelihatan aneh,” tutur Marni warga lainnya.

Desakan Evaluasi Menguat

Seiring kritik yang mengalir, desakan agar Pemkab Bojonegoro mengevaluasi dan mengembalikan nama masjid ke nama sebelumnya semakin kuat. Warga dan LSM menilai perubahan ini justru menimbulkan kegaduhan baru di tengah masyarakat.

Sekda Bojonegoro, Edy Susanto aaat dikonfirmasi belum memberikan penjelasan resmi soal kemungkinan peninjauan ulang nama masjid tersebut.(rin/him)