Budal Ning TPS
Berita UtamaKabar Kota

Cerita Mahasiswa Penerima Beasiswa dari ExxonMobil Cepu Limited

365
×

Cerita Mahasiswa Penerima Beasiswa dari ExxonMobil Cepu Limited

Sebarkan artikel ini

Suaradesa.co (Bojonegoro) – Mahasiswa penerima Beasiswa Banyu Urip yang diinisiasi oleh operator Lapangan Minyak Banyu Urip, ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan didukung penuh oleh SKK Migas, dalam rangka menjalin persahabatan dan saling berbagi, pada Kamis (9/7/2020), menggelar pertemuan secara daring atau online.

Kegiatan ini dilaksanakan secara daring dalam rangka menaati imbauan pemerintah untuk mengurangi kontak langsung, sehingga semua tetap dalam lindungan, aman dan terhindar dari penularan pandemi Covid-19.

Sepuluh penerima Beasiswa Banyu Urip yang merupakan putra-putri berprestasi asal Bumi Angling Dharma – sebutan untuk Kabupaten Bojonegoro, bersama dengan manajemen EMCL dan Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB), melakukan sesi ramah tamah dan berbagi banyak pengalaman, mengenai suka duka perkuliahan hingga perjuangan mereka untuk meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) di bangku perguruan tinggi.

Hadir mewakili EMCL, Ichwan Arifin, Beta Wicaksono, dan Rexy Mawardijaya, serta Muhammad Roqib sebagai fasilitator pertemuan sekaligus pendamping program Beasiswa Banyu Urip dari YKIB berbagi banyak ilmu lintas generasi.

Salah satu pengalaman yang dibagikan oleh para mahasiswa penerima Beasiswa Banyu Urip dalam sesi pertemuan ini adalah perjuangan mereka melakukan adaptasi di kampus, ketika menjadi mahasiswa baru.

Salah satu kebangkitan yang luar biasa datang dari Nur Hanafi, salah seorang penerima beasiswa yang berasal dari Desa Beged, Kecamatan Gayam. Di semester sebelumnya, Hanafi, akrab disapa demikian, sempat mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan perkuliahan sehingga mempengaruhi perolehan nilai IPKnya.

Baca Juga :  Dinkes Bojonegoro Minta Warga Tak Kucilkan Penderita Covid-19

“Awalnya, sulit untuk menyesuaikan diri di perkuliahan karena pola belajarnya yang berbeda antara sekolah di bangku SMA dengan kuliah. Namun, di semester selanjutnya saya sudah bisa menyesuaikan diri dan mengejar nilai yang sempat tertinggal di semester lalu,” tutur Hanafi.

Tak hanya Hanafi, penerima beasiswa lain juga berbagi kesibukan mereka ketika berkuliah sebelum terjadi pandemi dan diputuskan untuk berkuliah secara daring dari rumah masing-masing.

Putri Patricia misalnya, penerima Beasiswa Banyu Urip asal Kecamatan Ngasem yang mengambil jurusan Teknik Sipil di Universitas Brawijaya ini aktif dalam berbagai organisasi dan juga kegiatan perlombaan seperti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Di samping itu, Putri juga berhasil meraih IPK sempurna (4,00) di semester tiga ini.

“Sebelumnya, saya mengikuti perlombaan PKM mewakili Universitas Brawijaya di kancah nasional. Tema yang diambil tentang material,” ujar Putri.

Mewakili manajemen EMCL, Ichwan Arifin menyampaikan banyak hal terkait perkuliahan, salah satunya adalah tentang bagaimana menjadi mahasiswa tak sekadar mencari ilmu di atas kertas, namun menjadikan kampus sebagai media untuk berproses.

Baca Juga :  Pertamina Patra Niaga Imbau Warga Bojonegoro Beli LPG 3 Kg di Pangkalan Resmi

Ichwan aktif mengimbau para penerima mahasiswa untuk mengembangkan bakat tak hanya di perkuliahan saja, namun di kegiatan-kegiatan kampus lain seperti berorganisasi. Ia juga mendorong adik-adik mahasiswa untuk aktif menulis tentang pengalaman mereka meraih Beasiswa Banyu Urip.

Ichwan mengungkapkan, program Beasiswa Banyu Urip ini adalah bagian kecil dari implementasi visi EMCL sebagai operator Lapangan Banyu Urip.

“Kami di EMCL bekerja untuk hari ini dan masa depan. Tidak hanya berfokus pada penyediaan energi tetapi kami juga berkontribusi dalam mempersiapkan generasi masa depan, salah satunya dengan terus mendorong putra-putri berprestasi di Kabupaten Bojonegoro untuk terus beinovasi dan berkarya,” tutur Ichwan.

Sebagai penutup, Beta Wicaksono, perwakilan EMCL yang turut hadir dalam pertemuan ini menyampaikan bahwa di era globalisasi ini, pemuda tidak boleh terjebak pada cakupan pola pikir yang sempit.

“Satu pesan saya, jangan patah semangat. Menjadi baik tidak diukur dengan perolehan nilai diatas kertas saja namun bagaiamana seseorang bertindak secara sosial dan kemasyarakatan,” kata Beta Wicaksono.

Kegiatan pertemuan ini nantinya akan dilakukan secara rutin sehingga komunikasi para penerima Beasiswa Banyu Urip dapat terjalin dengan baik.(*Naf)

Penulis : Humas EMCL

Editor : Nafita Sari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *