Berita Utama

Bupati Bojonegoro Luncurkan Gerakan “Gropyokan Tikus” untuk Antisipasi Serangan Hama

×

Bupati Bojonegoro Luncurkan Gerakan “Gropyokan Tikus” untuk Antisipasi Serangan Hama

Sebarkan artikel ini

Suaradesa.co, Bojonegoro – Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional 2025, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro meluncurkan program “Gropyokan Tikus” sebagai langkah nyata untuk menekan serangan hama tikus yang semakin masif di wilayah Bojonegoro.

Peluncuran program ini dilakukan pada Selasa (30/9/2025) di sela kegiatan yang digelar oleh ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) bersama Yayasan Daun Bendera Nusantara.

Bupati Bojonegoro yang diwakilkan oleh Kepala Dinas Pertanian, Zainal Fanani, menyampaikan bahwa gerakan ini diharapkan mampu menurunkan aktivitas perusakan tanaman oleh hama tikus di lahan pertanian.

“Gropyokan Tikus adalah upaya bersama antara pemerintah, petani, dan perusahaan untuk menjaga ketahanan pangan dan keamanan hasil panen petani,” ujarnya.

Serangan tikus menjadi kekhawatiran utama petani Bojonegoro dalam beberapa bulan terakhir. Hama ini menyebabkan kerusakan luas pada tanaman padi dan mengancam ketersediaan pangan.

Dalam situasi tersebut, sebagian petani bahkan memilih menggunakan jebakan listrik atau setrum tikus untuk melindungi tanamannya.

Namun, penggunaan setrum ini berbahaya dan telah dilarang melalui Surat Edaran Nomor 520/1704/412.223/2020 karena berisiko menimbulkan korban jiwa. Pemerintah kecamatan dan desa pun telah melakukan sosialisasi untuk mencabut jebakan listrik tersebut.

“Bu Camat Gayam sudah meminta para petani mencabut setrum listriknya, diberi tenggang waktu 20 hari sejak 19 September 2025, tapi saya kurang tahu apakah semua sudah mencopotnya atau belum,” ungkap Susanto, petani asal Desa Ngraho.

Sebagai bentuk dukungan terhadap gerakan ini, EMCL turut memberikan bantuan 56 rumah burung hantu kepada petani. Burung hantu dikenal sebagai predator alami tikus, sehingga diharapkan dapat menjadi solusi ramah lingkungan untuk mengendalikan hama.

“Dengan Gropyokan Tikus dan rumah burung hantu, semoga dapat menjadi sinergi alami dan berkelanjutan dalam membasmi tikus,” ujar Ali Mahmud, perwakilan EMCL.

Gerakan ini disambut antusias oleh para petani. Wito, petani dari Desa Nganti, menyebut Gropyokan Tikus tidak hanya membantu mengatasi hama, tetapi juga mempererat kebersamaan antarpetani.

“Kalau pakai Gropyokan Tikus jadi terasa guyup rukun sesama petani. Harapannya kegiatan ini bisa terus berlanjut, karena tikus cepat sekali berkembang biak,” katanya.

Melalui program ini, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro berharap Gropyokan Tikus bisa menjadi gerakan kolektif yang berkelanjutan dalam menjaga produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani di tengah tantangan hama yang semakin kompleks.(mir/him)